Puisi ini menggambarkan perjalanan seseorang menghadapi rintangan hidup, serta bagaimana setiap kesulitan justru menjadi bagian penting dari pembentukan kekuatan dan kedewasaan diri.
Langit tak selalu biru di atas kepala,
kadang mendung menutup arah mata,
jalanan berliku, penuh duri dan debu,
namun langkah tetap harus melaju,
karena berhenti berarti menyerah pada waktu.
Di setiap jatuh, ada pelajaran tersembunyi,
air mata jadi tinta bagi kisah yang berarti,
kesalahan bukan kutuk, tapi guru sejati,
yang mengajarkan arti sabar dan berani,
meski dunia tak selalu memberi simpati.
Angin keras sering menggoyang keyakinan,
namun dari badai, tumbuh keteguhan,
seperti pohon yang menolak tumbang,
akar harapan menancap di kedalaman,
menyerap kekuatan dari luka dan kehilangan.
Dan ketika semua tampak terlalu berat,
ingatlah rintangan bukan akhir,
tapi gerbang menuju kedewasaan,
tempat jiwa ditempa oleh ujian,
agar kelak mampu berdiri tanpa goyah di tengah hujan.
Ditulis oleh: Salsa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI