Kasus-kasus manipulasi laporan keuangan dan  korupsi yang merajalela membuktikan betapa mahalnya harga dari hilangnya transparansi dan akuntabilitas. Sebaliknya, organisasi yang berpegang pada prinsip Stewardship biasanya lebih tahan menghadapi godaan untuk melakukan kecurangan.Â
Pada akhirnya, Teori Stewardship bertujuan untuk membangun kepercayaan yang kuat agar bisa berkelanjutan. Hal ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga membangun reputasi dalam jangka panjang. Ketika publik dan investor melihat bahwa sebuah perusahaan dikelola oleh "steward" yang bertanggung jawab, mereka akan cenderung lebih percaya dan merasa aman untuk berinvestasi.Â
Laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih dari sekadar dokumen, melainkan cerminan dari komitmen perusahaan terhadap etika dan tanggung jawab. Teori ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap data, aturan, dan standar teknis, ada elemen dasar manusia, yaitu etika dan integritas. Itulah mengapa akuntansi bukan sekadar angka, melainkan kisah kepercayaan yang diceritakan melalui laporan keuangan.
Apakah Ada Tantangan Dalam Penerapannya?
Penerapan teori Stewardship dalam akuntansi bukan tanpa hambatan. Beberapa tantangan yang sering muncul antara lain:
1. Budaya organisasi yang masih menoleransi praktik "asal laporan selesai".
2. Kurangnya literasi keuangan di kalangan masyarakat sehingga laporan keuangan yang transparan tidak dimanfaatkan dengan baik.
3. Godaan kepentingan pribadi, seperti manipulasi data untuk keuntungan pribadi.Â
Menghadapi tantangan ini, dibutuhkan komitmen kuat dari semua pihak mulai dari regulator, auditor, manajer, hingga masyarakat untuk benar-benar menghidupkan prinsip Stewardship. Â
Menuju Akuntansi Yang Lebih BermaknaÂ
Teori Stewardship memberi pesan penting: akuntansi tidak boleh terjebak pada kepatuhan regulasi. Akuntansi harus bermakna, harus memberi nilai tambah, dan yang paling utama, harus menjadi alat membangun kepercayaan.Â