Mohon tunggu...
Salsabiil Firdaus
Salsabiil Firdaus Mohon Tunggu... Islamic Communication and Broadcasting Student

Journalist - Opinion Columnist - Politician

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Manakah Allah 'Azza Wajalla?

11 Oktober 2025   20:21 Diperbarui: 11 Oktober 2025   20:21 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pusat Kajian Hadits Indonesia.

Maka jelaslah bahwa kebersamaan Allah dengan makhluk tidak berarti keberadaan-Nya di setiap tempat, namun kebersamaan dalam makna ilmu, pengawasan, dan pertolongan, sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya. Urutan ayat ini menunjukkan bahwa istiwa'-Nya Allah di atas 'Arsy ditegaskan terlebih dahulu sebelum disebutkan ma'iyyah, sehingga jelas bahwa ma'iyyah tidak menafikan 'uluw. Inilah akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang lurus yang meyakini Allah di atas 'Arsy, tinggi di atas makhluk-Nya, namun bersama hamba-hamba-Nya dengan ilmu dan pengawasan-Nya.

Bantahan terhadap Syubhat

Sebagian kalangan berpendapat bahwa Allah tidak di mana-mana ataupun ada di mana-mana sebagai bentuk tanzih (penyucian). Padahal, pandangan ini justru menafikan keberadaan Allah sebagai Dzat yang Maha Tinggi dan beristiwa', sebagaimana ditegaskan dalam nash dalil. Pandangan seperti ini berakar dari pemikiran filsafat Yunani dan teologi Jahmiyyah, bukan dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta'ala membantah pandangan tersebut dalam Dar'u Ta'arudh al-'Aql wa an-Naql, bahwa mengatakan Allah tidak di atas dan tidak di bawah, tidak di kanan dan tidak di kiri, berarti telah meniadakan keberadaan-Nya secara hakiki, karena sesuatu yang tidak berada di mana pun adalah sesuatu yang tidak ada.

Sementara Imam Abu Hanifah rahimahullahu ta'ala dalam al-Fiqh al-Akbar menjelaskan,

:

"Barangsiapa berkata, Aku tidak tahu apakah Tuhanku di langit atau di bumi, maka sungguh ia telah kafir, karena Allah Ta'ala berfirman 'Ar-Rahmn 'al al-'Arsy istaw, dan 'Arsy-Nya berada di atas tujuh langit." (Al-Fiqh Al-Akbar)

Dengan demikian, pandangan bahwa Allah ada di mana-mana adalah bentuk ta'thil terhadap sifat Allah, bukan bentuk penyucian. Justru penyucian yang benar adalah menetapkan apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, tanpa menyerupakan dan tanpa menolak.

Kembali kepada Aqidah Salaf

Aqidah bahwa Allah berada di atas 'Arsy, tinggi di atas seluruh makhluk-Nya, adalah bagian dari keimanan yang paling mendasar, sebagaimana diyakini oleh para sahabat, tabi'in, dan ulama salaf. Seiring perkembangan zaman, ketika pemahaman tauhid sering kabur oleh narasi filosofis dan modernis yang rasionalistik, umat Muslim harus berani meneguhkan aqidah salaf ini, bukan dengan fanatisme buta, melainkan dengan landasan ilmiah, dalil, dan hujjah yang kokoh.

Kembali kepada pemahaman salaf berarti kembali kepada kemurnian iman, iman yang tidak ditafsirkan oleh logika spekulatif, tetapi tunduk kepada wahyu yang suci dan hujjah yang pasti. Karena hanya dengan itu, umat Muslim dapat menjawab dengan sangat yakin ketika ditanya, "Di Manakah Allah?" Allah berada di atas 'Arsy, tinggi di atas seluruh makhluk-Nya, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun