Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjadi bukti paling jelas tentang akidah salaf dalam menjawab "Di Manakah Allah?". Diriwayatkan dari sahabat Mu'awiyah bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu 'anhu beliau berkata,
Dahulu aku memiliki seorang budak wanita yang menggembalakan kambing-kambing milikku di daerah antara gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Suatu hari aku menelitinya, ternyata ada seekor serigala yang membawa seekor kambing dari kambing-kambing budak wanita itu. Aku adalah manusia biasa, aku terkadang marah sebagaimana juga mereka pun marah. Maka aku menamparnya dengan sangat keras. Kemudian aku mendatangi Rasulullah . Kemudia Nabi menyatakan hal itu perkara yang besar terhadapku.
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah aku merdekakan dia?" Nabi bersabda, "Bawa dia kepadaku". Maka aku pun membawanya (budak wanita) menghadap beliau. Kemudian Nabi bertanya kepadanya, "Di manakah Allah?" Wanita itu pun menjawab, "Di atas langit". Nabi bertanya lagi, "Siapakah saya?" Wanita itu menjawab, "Engkau adalah utusan Allah". Lalu beliau bersabda, "Merdekakan dia, sesungguhnya dia seorang wanita mu'minah." (HR. Muslim no. 537)
Hadis ini secara tegas menunjukkan bahwa Rasulullah mengakui kebenaran jawaban bahwa Allah berada di atas langit, dan menjadikannya sebagai tanda keimanan yang benar. Seandainya pertanyaan "Di manakah Allah?" tidak boleh ditanyakan atau maknanya salah, tentu Nabi akan mengingkari atau meluruskannya.
Perkataan Para Ulama
Imam Malik bin Anas rahimahullahu ta'ala, ketika ditanya tentang ayat "Ar-Rahman 'ala al-'Arsy istawa", beliau menjawab,
"Makna istiwa' itu diketahui, bagaimana caranya tidak diketahui, mengimaninya wajib, dan bertanya tentang 'bagaimana'-nya adalah bid'ah." (Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Asma' wa ash-Shifat)
Ucapan Imam Malik bin Anas ini menjadi landasan akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yakni menetapkan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya tanpa tahrif (mengubah makna), tanpa ta'thil (menolak), tanpa takyif (membagaimanakan), dan tanpa tasybih (menyerupakan).
Syaikhu Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya Majmu' al-Fatawa juga menjelaskan,
: .
"Ahlus Sunnah telah bersepakat bahwa Allah berada di atas langit-langit-Nya, di atas 'Arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya. Dan bersamaan dengan itu, mereka mengatakan bahwa Allah bersama makhluk-Nya di mana pun mereka berada dan Dia mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Majmu' al-Fatawa, 3/305)