FESTIVAL ROTE MALOLE DAN BAHASA IBU BERSINAR DI EXPO PAMERAN
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Di tengah arus globalisasi yang kian deras, budaya lokal sering kali terdesak oleh derasnya informasi dan gaya hidup modern. Dunia yang semakin terhubung melalui teknologi digital membuat batas antarbangsa memudar, tetapi sekaligus membuat identitas kultural suatu daerah rawan tergerus. Tradisi, bahasa, dan kesenian lokal yang dulunya menjadi perekat sosial kini menghadapi tantangan untuk tetap hidup di tengah gempuran budaya luar. Fenomena ini tidak hanya dialami oleh kota-kota besar, tetapi juga merambah ke daerah terpencil, termasuk wilayah-wilayah kepulauan.
Input gambar: dokpri, bupati dan ibu wakil bupati Rote Ndao menghadiri pembukaan kegiatan festival Rote Malole
Bagi masyarakat Rote, warisan budaya bukan sekadar aset sejarah, melainkan napas kehidupan yang membentuk jati diri. Seni tari, musik sasando, tenun ikat, hingga ragam bahasa daerah adalah penanda kuat bahwa Rote memiliki kekayaan kultural yang layak dirawat. Tanpa upaya sadar untuk melestarikan, generasi muda berisiko kehilangan akar yang meneguhkan mereka di tengah dunia yang terus berubah. Karena itu, festival budaya seperti Festival Rote Malole dan Festival Tunas Bahasa Ibu menjadi langkah strategis untuk menjaga denyut kehidupan budaya Rote agar tetap bergaung, tidak hanya sebagai nostalgia masa lalu, tetapi sebagai fondasi masa depan.
Pelaksanaan kedua kegiatan kebudayaan ini terangkai dalam satu hajatan besar yang menjadi magnet perhatian publik, yakni Pameran Pembangunan dan Expo UMKM Rote Ndao yang terpusat di Lapangan Christian Nehemia Dillak, S.H. Festival Rote Malole (FRM) berlangsung meriah pada 13--14 Agustus 2025, menampilkan keragaman seni, tarian tradisional, dan kreativitas masyarakat Rote Ndao. Disusul kemudian oleh Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) pada 19--20 Agustus 2025, yang menghadirkan lomba dan pertunjukan berbahasa daerah sebagai wujud nyata pelestarian bahasa ibu di kalangan generasi muda.
Input gambar: dokpri, pembukaan festival Tunas Bahasa Ibu Bahasa Rote
Kedua kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wahana edukasi budaya dan sarana memperkuat identitas daerah, mempertemukan karya seni tradisional dengan geliat ekonomi kreatif masyarakat melalui partisipasi pelaku UMKM. Dengan rangkaian acara yang tersusun rapi dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, hajatan ini memperlihatkan sinergi yang kuat antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi, dan promosi pariwisata lokal, menghadirkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Rote Ndao.
Festival Rote Malole diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rote Ndao telah menyuguhkan acara panggung kebanggaan identitas sebagai bukti nyata bahwa budaya Rote tidak hanya layak dipertahankan, tetapi juga dirayakan dengan penuh semangat. Festival ini menampilkan beragam tarian khas, alunan musik tradisional, dan karya kreatif masyarakat yang memperlihatkan kekayaan warisan budaya yang dimiliki Rote Ndao. Â Beberapa kegiatan lomba dan hiburan yang dihelat dalam Festival Rote Malole antara lain Pameran UMKM, Pertunjukan Tarian, Aneka Perlombaan, Live Music, Medical Check Up Gratis, Pasar Murah, dan Senam Zumba, yang semuanya menambah semarak suasana festival.
Setiap penampilan bukan sekadar hiburan, melainkan pesan yang menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga identitas di tengah perubahan zaman. Bagi generasi muda, festival ini menjadi ruang belajar langsung untuk mengenal akar budaya mereka, sementara bagi wisatawan, ini adalah jendela yang menyingkap pesona Rote yang unik dan autentik. Dengan menghadirkan partisipasi lintas komunitas dan dukungan penuh pemerintah daerah, Festival Rote Malole memperkuat rasa bangga masyarakat terhadap budayanya sendiri sekaligus menjadikan Rote sebagai destinasi wisata budaya yang patut diperhitungkan di tingkat nasional maupun internasional.
Sedangkan kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu yang digelar oleh Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olah Raga dan Dinas Perpustakaan Kabupaten Rote Ndao, yang berkolaborasi menjadikan sebagai panggilan untuk melestarikan bahasa daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya. Melalui kegiatan perlombaaan bertutur bahasa Rote dalam berpuisi, bercerita rakyat, berpidato, Stand Up Komedi, dan Kebalai bagi siswa-siswi jenjang SD dan SMP se-Kabupaten Rote Ndao. Tujuan kegiatan FTBI bahasa Rote untuk menanamkan kesadaran kepada generasi muda bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga pintu masuk untuk mengenal nilai, adat, dan sejarah leluhur.
Setiap kosakata yang diucapkan membawa jejak kebijaksanaan masa lalu, mencerminkan pandangan hidup dan cara masyarakat Rote memahami alam semesta. Jika bahasa daerah pudar, maka sebagian memori kolektif bangsa pun ikut memudar. FTBI hadir untuk memastikan bahasa ibu tetap hidup, dituturkan, dan dicintai; sehingga ia menjadi pondasi kokoh dalam membentuk karakter anak bangsa di tengah arus globalisasi yang kerap menyeragamkan budaya.
Sinergi yang terbangun dari dua jenis kegiatan yang mengangkat nilai-nilai budaya Rote, menjadi wujud nyata bagaimana budaya dapat diwariskan dengan cara yang kreatif dan terarah. Festival Rote Malole yang merayakan seni, musik, dan tarian daerah berpadu harmonis dengan Festival Tunas Bahasa Ibu yang menghidupkan kembali budaya bertutur bahasa sebagai identitas dasar masyarakat Rote. Keduanya tidak berjalan sendiri, tetapi menjadi sarana pewarisan budaya yang saling melengkapi: seni mengikat emosi, sementara bahasa menanamkan makna.
Lihat Humaniora Selengkapnya