Mohon tunggu...
Salma Mukadar
Salma Mukadar Mohon Tunggu... -

Jadilah penikmat kopiku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian

25 Februari 2019   22:59 Diperbarui: 25 Februari 2019   23:48 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada kesempatan ini

Biarlah Tuhan yang masih melengkapiku disetiap penantian

Maaf atas ketidak mampuanku yang belum jua menemukanmu

Sebab mataku hanya mampu melihat tujuan harapan

Kurapalkan doa dengan penuh cemburu

Melakukan berwujudan untuk ingin memelihara cinta


Namun kau enggan terlihat oleh kasat mata

Mungkin saja Tuhan sedang mengujiku untuk memperbaiki segalanya

Bersabarlah

Sebab kita akan disatukan dengan gulungan sajadah dalam satu ruang

Bersama-sama berkumandangkan doa yang bermunajat kebahagiaan

Merangkul tangan dengan ikatan asmara

Dan akan bertatapan selepas malam menyembut pagi

Maka berdoalah kau

Bukan aku memaksa

Sebab kau harus menyempurnakan doa kita agar terlihat mesra dihadapan Tuhan

Jangan biarkan impian menjadi terlantar begitu saja

Ia butuh dorongan yang amat mujarab untuk menunaikannya

Kau tau; Selepas doa, akupun akan menjaga naluri hati untuk tetap sendiri menantimu

Walau kita tak dapat memastikan siapa yang akan diberi Tuhan

Namun, Selalu ku yakinkan hati dan pikiran agar tetap menjadi kokoh

Sekalipun aku masih berjalan bersama langkah-langkah keraguan

Apa kau menantiku juga ? "fikirku"

Berhati-hatilah dalam menoleh

Sebab imanmu akan runtuh ketika melihat banyak keangkuhan wajah

Dan jiwamu akan menari di atas keinginan

Hingga kau memeluk rasa menyukai yang begitu berapi-api

Jangan membuatku terpaku

Dengarkan aku wahai  raga yang masih menjadi rahasia Tuhan

Telah ku beri segala doa

Telah ku nikmati indahnya menantimu dalam dada yang berdebar-debar

Tak lupa pula ku kirimkan doa untuk menjaga mu dalam setiap mimpi indah hingga pagimu akan menjadi pagi kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun