“Ibu juga sudah merencanakan hal tersebut tapi tadi ayah memberitahukan bahwa baterai HP-nya lowbatt sehingga ibu tidak bisa menelpon ayahmu lagi,” jawab ibu.
Wandi menerima penjelasan ibunya. Ia melanjutkan membaca buku cerita anak. Membaca buku cerita membuatnya terhibur.
Tak lama kemudian terdengar salam, “Assalamualaikum.”
Suara tak asing itu membuat Wandi kegirangan menghampiri pintu depan. Ibunya mengikuti Wandi.
“Waalaikumsalam,” Wandi dan ibunya menjawab salam serentak sambil membuka pintu. Senyum sumringah terlihat dari wajah Wandi. Kedua orang tuanya terlihat tersenyum melihat tingkah Wandi.
“Ayah, itu bungkusan baju untukku, ya?” tanya Wandi tidak sabar.
“Benar sekali, Nak. Ini spesial untuk kamu,” jawab ayahnya sambil memberikan bungkusan tersebut.
“Terima kasih, Ayah.” Wandi mencium tangan ayahnya kemudian secepat kilat ia membawa bungkusan tersebut dan membukanya di lantai.
Beberapa saat setelah Wandi membuka bungkusan tersebut, wajahnya berubah tegang. Ia seperti tak percaya dengan apa yang dipegangnya. Satu stel baju dan celana panjang tidak sesuai dengan harapannya. Tangis pun pecah.
Kedua orang tuanya masih tak percaya apa yang terjadi terhadap anak semata wayangnya itu. Mereka mengira Wandi akan senang gembira menerima baju baru tersebut. Mereka berusaha memahami kekecewaan yang dialami oleh anaknya itu.
Setelah tangisnya agak reda, ibu menghampiri Wandi. Ia memeluk Wandi dengan penuh kasih sayang. Ayahnya pun mendekatinya.