Matahari bertarung mulut dengan langit
Permisi langit aku hendak naik agar terikku tuntas menguliti tanah bumi
Tak usahlah matahari, aku peduli pada si miskin
Biar aku payungi dia bersama awan-awan sejuk
Teduh, tenang, hidupnya
Istirahat kulitnya dari panas kering terikmu
Keliru langit, kau salah telak
Si miskin tak biasa beristirahat
Kulitnya terbiasa dengan panasnya terikku
Kakinya akrab dengan tanah pun kerikil batu
Otot-ototnya pun maklum jika dipaksa kerja rodi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!