Mohon tunggu...
Safri Barung
Safri Barung Mohon Tunggu... Guru di SMP NEGERI 3 NDOSO. Guru Penggerak Angkatan 7

Menyanyi, Memasak, Cari Kayu Ap. dll

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Farli, Si Anak Disleksia

1 Oktober 2025   08:15 Diperbarui: 1 Oktober 2025   07:22 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, rasa malu itu tak pernah bertahan lama.

Saat pelajaran berganti ke Pelajaran Seni, Farli kembali menjadi dirinya yang ceria. Ia tak perlu membaca not balok yang rumit. Ia hanya perlu merasa. Ketika Pak Guru Matheus memainkan gitar, Farli adalah yang pertama bersenandung. Saat Pak Guru meminta mereka membuat melodi sederhana, Farli bersiul dengan nada yang unik, ceria, dan sangat mudah diingat.

"Bagus sekali, Farli! Melodimu itu seperti lari di padang rumput!" puji Pak Matheus.

Farli tertawa lebar. "Terima kasih, Pak! Di kepala saya, melodi itu seperti warna kuning!"

Di pelajaran Pendidikan Jasmani, Farli adalah bintangnya. Ia lincah, kakinya seolah tak kenal lelah. Ia adalah kapten tim sepak bolq kelas yang selalu tahu kapan harus mengoper dan kapan harus menendang. Ia tak perlu membaca strategi dari papan tulis; ia hanya perlu membaca pergerakan lapangan, dan itu lebih mudah baginya daripada membaca satu kalimat.

"Kita harus oper pendek, Niko! Mereka terlalu fokus ke kiri!" teriak Farli saat istirahat, memimpin teman-temannya dalam permainan. Strategi yang ia berikan tanpa membaca itu selalu efektif.

Suatu sore, sepulang sekolah, Bu Monika memanggil Farli. Farli kira ia akan dimarahi karena nilai ulangannya yang lagi-lagi jelek di bagian esai.

"Farli, Ibu tahu kamu kesulitan membaca," kata Bu Rina, tatapannya hangat. "Ibu tahu kamu anak yang cerdas. Kamu hanya berbeda."

Farli menggigit bibir. Ia pikir ia harus membela diri. "Saya bodoh, Bu."

Bu Monika menggeleng. Ia mengambil sebuah buku bergambar tebal tentang budaya Manggarai. "Kamu bisa mendengarkan, kan?"

"Sangat bisa, Bu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun