Mohon tunggu...
Safa Buana Ramadhani
Safa Buana Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030145

Masih belajar menulis maaf kalau berantakan, semoga artikel disini bermanfaat. Selamat membaca semuanyaa!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terdampak Pandemi, Beginilah Nasib Pedagang Baju Batik di Sepanjang Jalan Malioboro

30 Juni 2021   18:59 Diperbarui: 30 Juni 2021   19:51 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi, semua berubah setelah adanya pandemi covid-19 yang melanda negara ini. Dulunya Malioboro selalu ramai dikunjungi wisatawan bahkan hingga macet sekarang menjadi sepi seperti kota mati. Musibah yang terjadi di negara ini membuat pendapatan perekonomian mikro maupun makro menjadi turun drastis. Bahkan, banyak sekali pedagang yang harus kehilangan pelanggannya ataupun hingga harus gulung tikar.

"Pas masih awal banget ada berita pandemi itu saya sempat tutup sekitar 3 bulanan, soalnya disini juga kan banyak yang suruh tutup tokonya apalagi waktu itu sektor pariwisata juga sempat ditutup jadi tambah sepi" ucapnya.

Ia juga menceritakan nasibnya pada masa awal pandemi muncul, tak ada satu rupiah pun yang masuk ke kantongnya. Padahal ia memiliki sejumlah tanggungan yang harus dipenuhi, dengan hanya berjualan inilah satu-satunya mata pencaharian yang dimilikinya.

Salah satu tanggungannya yaitu di lokasi penitipan gerobak untuk menaruh dagangannya, Bu Amik harus membayar sebesar 35 ribu per bulan. Selain itu, ada biaya sebesar 10 ribu per hari untuk biaya listriknya tetapi jika dagangannya tutup ia tak perlu membayar biaya tersebut.

Ia juga menjelaskan bahwa mata pencahariannya saat pandemi ini menjadi semakin sulit dan selalu mengalami penurunan bahkan drastis. "Adanya pandemi ini berdampak banget untuk saya, apalagi cari uang saat situasi seperti ini susah mbak, bisa terjual 1 baju saja sudah bersyukur dan cukup buat beli makan saja sudah alhamdulillah" tuturnya.

Saat melayani pembeli ia juga selalu menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dengan pembeli, menggunakan masker dan menyediakan hand sanitizer. 

Bu Amik juga mengatakan sejak berjualan bertahun-tahun di Malioboro baru kali ini dirinya benar-benar berhenti berjualan dalam waktu yang sangat lama dan juga merasakan kondisi Malioboro yang sangat sepi sekali bahkan orang-orang datang untuk jalan-jalan tidak ada.

"Kondisi seperti ini yang terpenting adalah sabar dan tekun, tidak apa-apa jika kondisinya harus begini karena namanya musibah mau bagaimana lagi dan tidak akan pernah tahu kapan datangnya, apa pun hasilnya mau sedikit atau banyak harus tetap disyukuri karena itulah cara menikmati hidup" imbuhnya.

"Selagi saya bisa berusaha, masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk mencari uang, saya akan terus berusaha semaksimal mungkin karena saya juga tidak mau merepotkan orang lain" lanjut ungkapnya.

Bu Amik hanya bisa berharap dan berdoa agar pandemi ini segera berakhir dan kondisi kembali normal seperti dulu lagi sebelum adanya pandemi ini. Ia juga memberikan pesan kepada semua orang untuk selalu menerapkan protokol kesehatannya dimana saja berada karena dengan menjalankan aturan tersebut sama saja dengan membantu memulihkan semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun