Bahasa resmi Haiti adalah bahasa Prancis dan Kreol Haiti (Kreyol Ayisyen). Meskipun Prancis digunakan dalam urusan pemerintahan dan pendidikan formal, bahasa Kreol Haiti adalah bahasa sehari-hari yang digunakan oleh lebih dari 90% penduduknya.
Bahasa Kreol ini merupakan perpaduan unik antara Prancis dengan unsur-unsur bahasa Afrika Barat, Taino (penduduk asli), serta sedikit pengaruh bahasa Spanyol dan Inggris. Fenomena ini mencerminkan warisan kolonial sekaligus kekayaan linguistik Haiti yang menunjukkan ketahanan budaya masyarakatnya.
4. Warisan Budaya Vodou
Haiti dikenal luas karena agama tradisionalnya, yaitu Vodou (sering dieja "Voodoo"). Meskipun sering disalahpahami di Barat, Vodou sebenarnya adalah sistem kepercayaan kompleks yang menggabungkan unsur spiritualitas Afrika, Katolik Roma, dan tradisi pribumi Taino.
Praktik Vodou melibatkan penghormatan terhadap roh-roh (loa) dan leluhur, dengan nilai-nilai moral serta sosial yang kuat. Agama ini bukan sekadar ritual mistis, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas nasional dan sistem sosial masyarakat Haiti.
5. Benteng Citadelle Laferriere
Salah satu monumen paling terkenal di Haiti adalah Citadelle Laferriere, benteng besar yang dibangun pada awal abad ke-19 oleh Raja Henri Christophe untuk melindungi negara dari ancaman invasi Prancis. Terletak di puncak gunung Bonnet a I eveque, benteng ini merupakan salah satu struktur pertahanan terbesar di Benua Amerika.
Pada tahun 1982, Citadelle Laferriere bersama dengan reruntuhan Sans-Souci Palace diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO, menegaskan pentingnya warisan arsitektur dan sejarah Haiti dalam konteks global.