Seorang teman yang berdomisili di sekitar Kramat Jati, Jakarta Timur, bercerita singkat tentang kebiasaan lamanya memelihara beberapa ekor kucing di rumahnya. Kisahnya menjadi menarik, karena kebiasaannya itu, diwarisi seorang putranya, hanya beda binatang: si anak senang memelihara kelinci.
Suatu hari, si Kucing menerkam salah satu anak kelinci, yang langsung mati.
Sang anak menangis, mengecam kucing penerkam kelinci, sambil mengutip lirik lagu: dasar "kelakuan si kucing garong", katanya membentak sambil terisak mengenang kelinci kesayangannya.
Si Ayah, di lingkungan keluarganya, melakukan gerakan solidaritas untuk putranya. Dan itu berarti mengakhiri kebiasaan lamanya: memelihara kucing.
Singkqt cerita, karung goni disiapkan, tiga ekor kucing plus dua ekor kucing milik tetangga ikut dikarungkan. Lantas karung yang berisi lima ekor kucing itu diangkut menjauh dari wilayah Kramat Jati dengan menggunakan mobil, kemudian dibuang di daerah Koja, dekat kawasan pelabuhan di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Teman itu meyakini rumahnya sudah aman dari kucing, karena jarak antara Kramat Jati di Jakarta Timur dengan Koja di Jakarta Utara mungkin sekitar 20 km.
Tapi faktanya sungguh di luar perkiraan. Rumah teman di Kramat Jati hanya bebas kucing selama tiga hari. Apa yang terjadi?
Persis tiga hari setelah dibuang di wilayah Koja, Jakarta Utara, satu ekor kucing itu tiba-tiba kembali ke rumah majikannya di Kramat Jati.
Teman saya itu bingung, pusing tujuh keliling. Tak habis pikir. Kok, bisa-bisanya kucing itu kembali ke rumah, setelah dibuang sejauh sekitar 20 km dari rumah dan sudah berlangsung selama tiga hari.
Tambah aneh lagi, karena teman tadi membuang kucing itu sebanyak 3 kali di tempat yang berbeda-beda meski jaraknya sama dari rumahnya. Dan setiap setelah dibuang, kucing itu kembali ke rumah, paling lama tiga hari. Tak bisa paham bagaimana cara si kucing berjalan menempuh jarak sekitar 20 km, yang pasti melintasi keramaian kendaraan di Jakarta.
Sambil bercanda saya berkomentar: "iya-ya. Kan nggak mungkin si kucing naik angkot. Dasar "kelakuan si kucing garong".