Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kucing Garong Balik Lagi Setelah Tiga Hari

11 Oktober 2017   11:43 Diperbarui: 11 Oktober 2017   11:45 2627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kucingpedia.com

Seorang teman yang berdomisili di sekitar Kramat Jati, Jakarta Timur, bercerita singkat tentang kebiasaan lamanya memelihara beberapa ekor kucing di rumahnya. Kisahnya menjadi menarik, karena kebiasaannya itu, diwarisi seorang putranya, hanya beda binatang: si anak senang memelihara kelinci.

Suatu hari, si Kucing menerkam salah satu anak kelinci, yang langsung mati.

Sang anak menangis, mengecam kucing penerkam kelinci, sambil mengutip lirik lagu: dasar "kelakuan si kucing garong", katanya membentak sambil terisak mengenang kelinci kesayangannya.

Si Ayah, di lingkungan keluarganya, melakukan gerakan solidaritas untuk putranya. Dan itu berarti mengakhiri kebiasaan lamanya: memelihara kucing.

Singkqt cerita, karung goni disiapkan, tiga ekor kucing plus dua ekor kucing milik tetangga ikut dikarungkan. Lantas karung yang berisi lima ekor kucing itu diangkut menjauh dari wilayah Kramat Jati dengan menggunakan mobil, kemudian dibuang di daerah Koja, dekat kawasan pelabuhan di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Teman itu meyakini rumahnya sudah aman dari kucing, karena jarak antara Kramat Jati di Jakarta Timur dengan Koja di Jakarta Utara mungkin sekitar 20 km.

Tapi faktanya sungguh di luar perkiraan. Rumah teman di Kramat Jati hanya bebas kucing selama tiga hari. Apa yang terjadi?

Persis tiga hari setelah dibuang di wilayah Koja, Jakarta Utara, satu ekor kucing itu tiba-tiba kembali ke rumah majikannya di Kramat Jati.

Teman saya itu bingung, pusing tujuh keliling. Tak habis pikir. Kok, bisa-bisanya kucing itu kembali ke rumah, setelah dibuang sejauh sekitar 20 km dari rumah dan sudah berlangsung selama tiga hari.

Tambah aneh lagi, karena teman tadi membuang kucing itu sebanyak 3 kali di tempat yang berbeda-beda meski jaraknya sama dari rumahnya. Dan setiap setelah dibuang, kucing itu kembali ke rumah, paling lama tiga hari. Tak bisa paham bagaimana cara si kucing berjalan menempuh jarak sekitar 20 km, yang pasti melintasi keramaian kendaraan di Jakarta.

Sambil bercanda saya berkomentar: "iya-ya. Kan nggak mungkin si kucing naik angkot. Dasar "kelakuan si kucing garong".

Tapi kucing memang binantang unik. Penampilannya memenuhi semua syarat untuk disebut liar dan ganas seperti harimau. Tapi posturnya kecil dan tetap jinak.

Di wilayah tertentu di Indonesia, termasuk di kampung saya, jika seorang pengendara mobil atau motor menabrak kucing di jalanan, yang menyebabkan kucing itu tewas, maka sang pengendara akan segera menghentikan kendaraannya, menunda lanjutan perjalanan, turun dan memakamkan kucing yang mati itu. Saya tidak pernah mendapatkan penjelasan rasional tentang perlakuan istimewa terhadap kucing seperti itu. Mungkin salah satunya, karena sang pengendara percaya bahwa jika kucing yang tewas tertabrak tidak dimakamkan, bisa menjadi tulah dalam perjalanan berikutnya.

Tentu banyak juga yang tidak fanatik kayak pengendara di kampung saya. Bahkan ada yang kemudian bilang begini: semua yang ada di jalanan di waktu yang tidak tepat, termasuk kucing, akan diperlakukan seperti batu. Kalau tertabrak akan diposisikan seperti batu.

Seorang kawan lainnya berkomentar protes meski tetap santun: coba cermati deh! Mannfaat kucing itu apa sih? Disembelih untuk dimakan kan haram menurut Islam (karena bergigi taring dan kukunya bercakar); kerjaannya ikut makan di rumah, kalau lengah sedikit malah sering mengobrak-abrik makanan di dapur dan meja makan. Pernah ada masanya kucing difungsikan sebagai "pemburu dan pemangsa tikus", tapi sekarang tidak lagi. Karena untuk wilayah Jakarta, misalnya, jumlah tikus jauh-jauh lebih banyak dibanding jumlah kucing. Bahkan kemudian muncul berbagai riset kedokteran yang menyimpulkan kucing adalah pemicu utama sejumlah penyakit, seperti penyakit sinus.

Tapi buat saya, sekali lagi, kucing memang binantang unik. Penampilannya memenuhi semua syarat untuk disebut liar dan ganas seperti harimau. Tapi posturnya kecil dan jinak.

Syarifuddin Abdullah | 11 Oktober 2017 / 21 Muharram 1439H

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun