Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Lho Kenapa Jokowi Yakin Menang

13 Juni 2019   18:23 Diperbarui: 13 Juni 2019   19:58 1484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.rri.co.id

Liga Champion resmi selesai dengan Liverpool sebagai juaranya, bukan hanya publik Inggris, tapi juga publik Indonesia yang tiba-tiba menjadi sangat #YNWA sekali. Apalagi kalo bukan karena Mohammed Salah yang notabenenya adalah muslim menjadi ikon baru akhi dan ukhti Republik ini.

Sesaat, hegemoni Liverpool melupakan kita terhadap perbedaan umat yang semakin nyata di Indonesia, disparitas antara cebong dan kampret, dispartias agama dan sosial. Tapi ingat hanya sementara, karena sehari setelahnya publik pun kembali ramai, termasuk gugatan BPN terhadap hasil Pemilu ke MK. Dan tentunya, kerusuhan 22 Mei 2019 yang dianggap "gagal".

Banyak skenario bertebaran, termasuk dari idola baru kita, majalah Tempo. Tempo memuat judul dan isi isu politik yang bombastis. Tempo mengungkit "kutil" lama bangsa ini. "Kutil" yang muncul 20 tahun lalu seolah kembali dihidupkan. "Kutil" yang bernama "Tim Mawar".

Tempo mengupas siapa dalang di balik peristiwa 22 Mei 2019. Tim Mawar di bawa-bawa, di telanjangi, kesandung sana, kesandung sini. Sebetulnya Tempo seperti ingin berkata Sarkas "Kalo Tempo saja punya informasi sepenting ini, apalagi BIN, apalagi Polisi, apalagi TNI". Gitu.

Lebih jauh lagi, Tempo seolah ingin mengatakan bahwa kerusuhan 22 Mei adalah gerakan kerusuhan yang terbaca utuh sejak lama. 

"Lo tuh basi", gitu kira-kira, nyelekit sih emang, tapi ya mau gimana. 

Memang seperti pernah saya tulis, bahwa Jokowi dan Tim bergerak seperti hantu. Mencekik leher dengan kapas. 

Di sinilah kita perlu mengupas sedikit faktor-faktor yang membuat Jokowi tetap bisa ber-sneakers ria ke Mall bersama idola cilik baru, Jan Ethes. Naik andong bahkan cengkrama bersama seluruh keluarga di Mata Najwa. Itu karena Jokowi sudah mengerjakan PR nya jauh-jauh hari. 

Apa saja sih PR Jokowi yang sudah diselesaikan?

Mengangkat Budi Gunawan

Kalau ada sosok pejabat kepolisian yang sifatnya mirip Rangga AADC, itulah Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan alias BG. Sebelum dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala BIN, BG sempat menghebohkan berita tanah air di tahun 2015 karena menjadi calon tunggal Kapolri sedangkan BG justru di tetapkan menjadi tersangka kasus rekening gendut Polri oleh KPK tiga hari setelah penetapan dirinya menjadi calon tunggal.

Anehnya, publik tidak protes dan adem ayem ketika BG dilantik menjadi Kepala BIN. Seperti sudah takdirnya. Menjadi telik sandi adalah pencapaian tertinggi seorang Budi Gunawan yang berkumis ini.

BG adalah sosok yang pendiam nan misterius, mirip Rangga AADC kan? Coba lihat Rangga, jarang bicara tapi sekali action, nyelekit. Cinta dibuat terkewer-kewer sampai rela nyusul ke Bandara, eh nyusul lagi ke Jogja, eh nyusul lagi ke Amerika, kurang greget apalagi coba si Rangga ini.

Mirip persis dengan pak BG, BG adalah manifestasi sempurna dari frasa Jawa "Meneng ning nyokot". Diam tapi menggigit. Diam-diam jadi ajudan bu Megawati, diam-diam jadi calon tunggal Kapolri, diam-diam kesandung kasus, diam-diam pula jadi Kepala telik sandi, alias Intelijen.

Sesuai dengan karakternya, BG lah sosok intel sebenarnya. BG lebih intel dari intel. Informasi kelas atas pasti dia punya semua. 

Jangankan soal Kivlan Zein yang katanya hobi keluar masuk Masjid, info kejombloanmu mungkin blio juga punya. Ngeri kan gaes.

Mengangkat Panglima TNI, Hadi Tjahjanto

Pengangkatan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI cukup mempesona. Akhirnya Indonesia punya dua perwira Angkatan Udara (AU) sebagai Panglima TNI setelah Marsekal Djoko Suyanto di era SBY. Asal tahu saja, Angkatan Udara (AU) adalah angkatan bersenjata yang diam-diam mempesona.

Apalagi waktu saya kecil dulu, film Top Gun ala Tom Cruise dan Perwira Ksatria ala Dede Yusuf, membuat nyaris seluruh anak cowok merubah cita-cita klasiknya dari seorang dokter menjadi seorang penerbang pesawat tempur. Para pilotnya ganteng, berkumis, gagah dan yang terpenting, gak banyak omong.

Marsekal Hadi Tjahjanto menggambarkan sosok itu semua. Dan yang terpenting di mata Jokowi, Hadi Tjahjanto adalah sosok yang bisa berkolaborasi dengan "saingan TNI" lama, yaitu Polri. 

Marsekal Hadi dan Tito Karnavian di media menunjukkan pada kita arti sinergi angkatan bersenjata Indonesia. Sinergi yang lama kita tidak lihat.

Berkali-kali di media baik Marsekal Hadi maupun Tito berkata mereka saling kakak-adik. Tentu bukan sembarang hubungan kakak-adik akibat cinta ditolak. Disini terlihat kejelian Jokowi.

Kenapa? Untuk menghadapi 2019, Jokowi butuh Panglima TNI yang loyal dan bisa bersinergi dengan Polri. Maklum, di tubuh TNI dan Ex-TNI sudah bukan isu baru kalau banyak terkotak-kotak, bahkan ex Panglima TNI Gatot Nurmantyo pun tidak jelas betul berada di posisi mana.

Dan rival Jokowi adalah ex-TNI yang pernah berkuasa di jajaran elit Kopassus. Tim Mawar pun ada kaitan dengan Kopassus di masa lalu. Terlalu ngeri buat Jokowi.

Jokowi tidak mau gambling, jalan satu-satunya adalah memperkuat jajaran TNI yang bisa dipercaya, dimulai dari Wiranto dan juga pucuk pimpinan TNI. 

Bukankah rasa teh terbaik ada di pucuknya?

Mempertahankan Menteri PU

"Kamu gak perlu pinter, gak perlu jago, yang penting konsisten"

Itu pesan guru saya ketika saya dulu malas ngaji karena gak bisa-bisa. Lafal saya selalu jelek dibandingkan kawan yang lain. Tapi dengan konsisten akhirnya saya bisa juga untuk ngaji.

Pak Bas, alias Basuki Hadimulyono Menteri PU, seperti denyut nadi bagi pemerintahan Jokowi. Andalan Jokowi: Infrastruktur. Pembangunan fisik yang bisa dinikmati semua khalayak demi membangun peradaban.

Dan Pak Bas, adalah orang yang konsisten. Pak Bas meskipun kelihatannya sepuh, tapi kuat bekerja. Mengikuti kalimat iklan obat kuat: "Biar tua, yang penting tenaga kuda!"

Pak Bas tidak pernah berhenti untuk menerjemahkan proyek-proyek infrastruktur yang saat ini banyak kita nikmati. Meskipun dengan segala hinaan, cercaan dan makian dari oposisi, Jokowi dan Basuki tetap teguh berdiri seperti tiang bendera.

Harus saya akui, dua orang ini "ndableg" nya setengah mati. Mungkin hanya umur yang bisa membuat mereka menyerah.

Ketiga Chilli Pari Aktif Twitteran

Lha emang apa hubungannya?

Chilli Pari @chillipari itu twitter anak sulungnya Jokowi, Gibran. Kita jangan berpikir bahwa Gibran sering update status yang memihak Jokowi dan menjelekkan Prabowo, enggak, sama sekali enggak. 

Gibran sadar punya banyak follower aktif dan mayoritas mereka adalah pendukung Jokowi, tapi justru yang dia lakukan sangat bertolak belakang.

Ya, Gibran cuma suka nge-like twitter tokoh-tokoh pendukung Prabowo yang sering menjelekkan Jokowi.  Diantaranya ada Ust Haikal, Tengku Zul bahkan pernah beberapa tokoh DPR oposisi, tapi terbanyak adalah akun-akun haters Jokowi. 

Cuma nge-like, ya cuma nge-like. Tidak lebih. Jika dilihat lebih jauh, Like tersebut sebetulnya sebuah narasi sarkas kepada para haters. Kesannya menyukai, tapi coba lihat dampaknya.

Like yang di berikan Gibran pasti masuk ke lini masa followers-nya, dan para followers yg buanyak tadi otomatis ikut melihat postingan twitter para haters yang membangkitkan gairah berjihad online.

Akhirnya, akun-akun haters diserbu para followers Chilli Pari, beberapa malah melaporkan cuitan haters dan menenggelamkan akun haters itu sendiri. Sebuah strategi cerdas dari seorang tukang martabak. 

Ya, daripada sibuk mencuit, dia malah memilih nge-like. Gibran seperti mengajari kita "mas, kalo sampeyan gak terkenal-terkenal amat, gak usah rame di twitter deh, berisik"

***

Itulah tadi empat hal yang membuat Jokowi tenang-tenang saja. Kerusuhan Mei lalu seperti sudah terbaca rapi. 

BG, Tito dan Hadi Tjahjanto adalah trio maut penjaga NKRI. Tidak ada drama di tubuh Polri dan TNI, tidak ada kutil dalam daging.

Drama justru muncul dari para purnawirawan TNI di luar sana. Penyelundupan senjata pun dengan mudah diringkus. Para saksi pun bersaksi, dan akhirnya, drama oposisi pun berujung pada pengakuan tersangka yang mengarah pada pihak Cendana. 

That's awesome Mr. President.

Wahai kaum #YNWA, mari angkat gelas kopi tinggi-tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun