Mohon tunggu...
Ryan Mustafa Kamal
Ryan Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

struggling without giving up

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan Pertama Berbeda dengan Pertemuan Akhir

23 Februari 2021   19:35 Diperbarui: 23 Februari 2021   19:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenangan terakhir yang masih tersisa dari anisa  adalah sepucuk surat dengan sampul berwarna biru, warna kesayanganku. Ya, anisa sangat mengenalku bahkan sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Nah, saat kami bertemu dan minum bareng es boba itulah ia memberikan sebuah surat. Bahkan aku masih sempat menggodanya.

“Cie…cie, kayak anak kecil aja pakai surat-suratan!” Selorohku. Namun rupanya candaanku saat itu ditanggapi serius. Sorot matanya yang indah menatap tajam ke arahku tanpa berkedip sedikitpun hingga membuatku kaku, terdiam seribu basa. Kalau dulu aku berani menantang bahkan menikmati tatapan yang indah itu, kali ini nyaliku ciut. Seolah-olah aku berhadapan dengan sang hakim yang sedang menanti keputusan, dan surat itu adalah vonis penjara bagiku.
 “Jangan dibuka sampai aku kembali.” Pintanya datar saat itu. Aku hanya mengangguk lemas, seperti tak merelakannya pergi. Wajahnya tertunduk lesu setelah menyerahkan surat itu. Ada gurat sedih bergelayut di wajahnya. Ada apa denganmu anisa ? Gumamku dalam hati. Ini bukan dirinya. Anisa  yang biasanya ceplas-ceplos, main to the point, mendadak berubah. Namun baru saja aku ingin membuka suara, Ia sudah memunggungiku, berbalik melangkah dan berlalu tanpa menoleh atau berkata apa-apa. Seolah itu jadi isyarat bagiku, jika ia tidak akan kembali lagi. Aku hanya tertegun atas sikapnya itu. Kupandangi sosoknya hingga betul-betul lenyap di pelupuk mataku.

Surat itu kusimpan hingga kini, masih utuh tanpa pernah aku buka sesuai pesannya hingga ia kembali Apakah ini artinya ia akan melupakanku? Entahlah. Hingga hari ini aku tidak pernah mengetahuinya. Isi hati Rihanna pun aku tidak pernah tahu. Dan juga, aku tidak ingin tahu apa pun saat ini. Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Bersama lagi. Hanya itu yang ada dipikiranku.

Hari ini, di tempat ini, di tepi pantai menjelang senja tempat kami biasa bersama melepaskan tawa dan senda gurau, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke -21 tahun.
 Seperti tersentak dari lamunan dan tidak percaya, saat aku sadar bahwa hari ini aku sendiri. Tidak bersamanya lagi. Bahkan tak akan pernah bisa bersamanya lagi sampai kapanpun. Tidak akan pernah melihat keceriaannya lagi, serta senyumannya yang menawan dan selalu membuatku bertekuk lutut di hadapannya.
 Bagai mimpi. Ya, dia telah pamit untuk pergi tak kembali. Meninggalkan kenangan manis. Kenangan indah bersamanya yang hanya aku seorang yang tahu itu.

Dengan mata yang sembab, kutatap lekat-lekat surat itu dalam genggamanku. Hanya ini yang menjadi teman dalam kenanganku yang abadi bersamanya. Ada luka menghampiri jiwa saat kucium surat itu dalam segenap rasaku. Serasa masih ada wangi jemarinya di sana, namun terasa perih. Ternyata ini isyarat dan pesan terakhirnya kalau ia akan meninggalkanku. Selamanya. Ya, kini dia telah kembali. Kembali ke sisi-Nya dalam tidur panjangnya. Seperti yang pernah ia ucapkan untuk yang terakhir kalinya di hadapanku.

Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.


Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun