Mohon tunggu...
Ryan Mustafa Kamal
Ryan Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

struggling without giving up

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan Pertama Berbeda dengan Pertemuan Akhir

23 Februari 2021   19:35 Diperbarui: 23 Februari 2021   19:42 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat itu kusimpan hingga kini, masih utuh tanpa pernah aku buka sesuai pesannya hingga ia kembali Apakah ini artinya ia akan melupakanku? Entahlah. Hingga hari ini aku tidak pernah mengetahuinya. Isi hati Rihanna pun aku tidak pernah tahu. Dan juga, aku tidak ingin tahu apa pun saat ini. Aku hanya berharap akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Bersama lagi. Hanya itu yang ada dipikiranku.

Hari ini, di tempat ini, di tepi pantai menjelang senja tempat kami biasa bersama melepaskan tawa dan senda gurau, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke -21 tahun.
 Seperti tersentak dari lamunan dan tidak percaya, saat aku sadar bahwa hari ini aku sendiri. Tidak bersamanya lagi. Bahkan tak akan pernah bisa bersamanya lagi sampai kapanpun. Tidak akan pernah melihat keceriaannya lagi, serta senyumannya yang menawan dan selalu membuatku bertekuk lutut di hadapannya.
 Bagai mimpi. Ya, dia telah pamit untuk pergi tak kembali. Meninggalkan kenangan manis. Kenangan indah bersamanya yang hanya aku seorang yang tahu itu.

Dengan mata yang sembab, kutatap lekat-lekat surat itu dalam genggamanku. Hanya ini yang menjadi teman dalam kenanganku yang abadi bersamanya. Ada luka menghampiri jiwa saat kucium surat itu dalam segenap rasaku. Serasa masih ada wangi jemarinya di sana, namun terasa perih. Ternyata ini isyarat dan pesan terakhirnya kalau ia akan meninggalkanku. Selamanya. Ya, kini dia telah kembali. Kembali ke sisi-Nya dalam tidur panjangnya. Seperti yang pernah ia ucapkan untuk yang terakhir kalinya di hadapanku.

Jiwaku meronta, menjerit sejadi-jadinya. Seiring rinai hujan yang turun kian deras sederas air mata, yang seolah turut merasakan duka yang mendalam atas kehilangan sahabat sekaligus pujaan hati.

Tak kuasa lagi air mata ini kubendung, saat mengetahui isi suratnya. Sederet kalimat pendek namun mampu membuat hatiku remuk redam. Kesedihan dan penyesalan menyatu tak terperih rasanya. Menyesali diri tidak pernah menyatakan rasa sayang dan cinta ini padanya. Mengapa mesti saat ia telah tiada? Mengapa tidak dari dulu aku menanyakan perasaannya kepadaku? Mengapa aku tidak pernah menyadari jika ternyata selama ini, anisa menungguku untuk mengatakan walau sekedar kata sayang untuknya?. Sampai saat ini anisa masih mencintai ku walaupun kami sudah tidak ada lagi ikatan. Namun disaat itu aku ingin berubah kisah ku kepada anisa nantinya walaupun rasa yang aku miliki itu tidak berarti apa apa untuk nya.

 


Cahaya matahari pagi menerbas jendela kaca  Membebntuk garis indah di lantai. Memanjang membelah meja makan seperti siletan anak-panah.  Pagi baru saja menjejak kota. Kesibukan orang-orang memulai hari. Beberapa ekor burung gelatik terbang rendah di luar. Bernyanyi,meloncat-loncat riang diatas rumput taman. Mandi di air mancur beebentuk tiara lima tingkat. Berebut remah-remah roti dilemparkan.

 Pagi yang cerah, saat aku jalan-jalan mencari udara yang segar. Sewaktu di jalan aku bertemu dengan cewek yang sangat cantik dan bersih, hatiku deg-degan saat lewat di depannya. Aku berkata
 “oh..cewek  itu begitu cantik, seandainya dia jadi milikku begitu bahagia hati ini.”

Berawal dari pertemuan pertama itu aku mulai menyukai dia. Aku berharap bisa ketemu dia setiap hari. Malam sudah tiba, aku berdiam di depan rumah melihat indahnya langit yang penuh dengan bintang yang begitu cerah sambil menikmati secangkir kopi. Jam sudah menunjukkan 08.00 malam, waktunya aku tidur. Tidak terasa sudah pagi, aku beranjak untuk membereskan kamar tidur dan membantu ibu memasak, setelah masak selesai aku beranjak untuk mandi. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu cewek itu. Aku berharap bisa ketemu dia lagi. Aku pun langsung pergi ke tempat pertama aku ketemu dia, ya Allah semuanya jadi kenyataan, aku bisa ketemu dia tapi sayang aku belum tahu namanya.

Waktu itu ada cewek yang menghampiriku,dia bernama helsa. Dia mengajak berkenalan denganku, dan dia minta nomor hp-ku. Aku pun memberikannya, tidak lama kemudian hp-ku pun berdering, dan mendapat pesan  dari helsa

 “ Hai, ini aku yang minta nomer mu tadi, oh iya apakabar?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun