Cerpen percintaan
Memang ada seorang cewek yang berhasil mengusik hatinya. Namanya Cinta, supervisor keuangan di salah satu toko cabang mereka.
Aku melihatmu menyapu keping-keping kenangan, mengumpulkannya, memungutnya satu per satu dari lantai dan menyusunnya hati-hati di atas meja.
Ibu kunti yang kesepianLili dan Rizki akhirnya menikah dan si ibu kuntipun tidak menggangu lili lagi
Sofia tak harus menahan kepergian Ayahnya yang gila akan cinta sang Bunda yang telah wafat. Namun melepaskan sungguh tak akan mudah.
Semesta Mungilku, aku merasakan rindu yang tidak tertahankan terhadap sesuatu yang sejatinya merupakan bagian dari diriku. Bagaimana denganmu?
Apakah ini yang terakhir? Perempuanku cantik itu bertanya. Satu tahun lagi! Jawabku, dia memelukku erat dan membisik lekat di telingaku.
“Astaga! Besok, Bejo dan Tiwi tidak akan saling mencintai lagi!” seru Cupid pada dirinya sendiri. Dia pun buru-buru membungkus anak panah Cinta Sejati
Ibarat kunci, kamu adalah pembuka jalanku untuk memasuki berbagai panggung pementasan drama yang alur ceritanya tak terduga.
Kegelisahan Hilda itu terkadang masih menghantui pikirannya. Namun ia percaya jika Mahesa takkan mengingkari janjinya.
Senja pun tenggelam di haribaan malam lalu mereka pun pulang membawa perasaan masing-masing yang berjanji untuk saling setia.
Tiba-tiba ku teringat dirinya dan semua cerita-cerita indah tentangku dan dia tiba-tiba dalam hati bertanya sedang apa dan dimana dia/
Pertama kali memasuki jenjang perkuliahan di tahun 2020. Aku menemukan dirimu untuk pertama kalinya, orang yang pertama kali bisa membuatku kagum
Sapa mentari pagi ini cukup menyengat. Saat yang tepat untuk melemaskan otot berolah raga pagi. Semenjak ada wabah corona, rutinitas Ratna banyak beru
Jika Pertemuan yang akan mengantarkan sebuah takdir, maka di balik pertemuan itu ada sejuta arti yang DAPAT mencuatkan sebuah kerahasiaan
Terkadang ada banyak bahasa yang tak mampu diterjemahkan dan hanya dapat dipahami dengan merasa.
TEPAT di tanggal 01 Juli 2001, seorang perempuan bernama Lusi dengan tujuh orang laki-laki pergi melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL).
Sebagian dari hari sesudahnya saya hanya bisa merenungi ruang, baik itu ruang yang terpenuhi atau ruang kosong hanya ada satu rasa yaitu sepi.
Senyuman itu tidak pernah luntur dari wajahnya. Bukan karena bel pulang yang sedari tadi ditunggu akhirnya berbunyi, melainkan karena Azka akan menjem
