Mohon tunggu...
Rusti Lisnawati
Rusti Lisnawati Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia yang senang dengan sesuatu yang berbau fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak ada Karangan Bunga untuk Ayah

21 Maret 2025   17:15 Diperbarui: 21 Maret 2025   17:15 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya, mati itu apa? Dokter bilang, mati itu artinya kita tidak bisa lagi beraktivitas seperti hari-hari biasa. Kata dokter, Ayahku tidak lagi bisa menarik becak, dan akan terus tidur sepanjang hari. Ayah tidak boleh tidur di rumah lagi. Ayah harus segera dibuatkan tempat tidur yang baru. "Di mana?" Di dalam tanah, kata dokter.

Hatiku memanas bahwa Ayah akan terus tidur sepanjang hari di dalam tanah. Aku cemburu pada ulat cacing yang menemani Ayah tidur nanti. Kenapa Ayah tidak tidur bersamaku saja?

"Dokter,"

"Apakah berita kematian Ayahku akan dimuat di koran?" Aku berharap dokter menjawab iya. Aku ingin orang-orang membaca berita kematian Ayah. Lalu, mereka berbondong-bondong mengirimkan ucapan duka cita dan doa-doa keselamatan untuk Ayah. Barangkali mereka juga mau mengirimkan banyak karangan bunga.
Dokter mengelus punggungku, "Tidak. Berita ini hanya akan disampaikan oleh rumah sakit dan toa musala di sekitar rumahmu, Nak."

Itu artinya, tak ada ucapan duka cita dan doa-doa untuk Ayah. Tak ada karangan bunga yang mengantar kepergian Ayah.

Air mataku segera menyusul air mata Ibu yang menderas. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun