Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Bercerita, Benarkah Sudah Suka Membaca?

29 Februari 2020   16:08 Diperbarui: 29 Februari 2020   16:03 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya untuk pertama kali menyaksikan lomba bercerita yang diikuti anak-anak yang merupakan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) secara utuh, dari babak penyisihan hingga final.

Lomba bercerita ini diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan kabupaten Bangka. Sebanyak 17 orang peserta pekan lalu mengikuti lomba ini. Pesertanya sebagian besar merupakan perempuan, yakni 15 orang perempuan sisanya 2 orang laki-laki. Ternyata anak perempuan yang lebih suka bercerita ketimbang anak laki-laki. Ansk perempuan yang lebih berani tampil.

Menunjukkan bahwa anak perempuan lebih suka mendengar cerita. Terurama cerita yang bermula kebiasaan disampaikan para orang tua. Karenanya anak perempuan terlihat lebih suka melakoni peran dalam cerita. Apakah mereka suka membaca? Tetnyata tidak menjamin, karena mereka membaca karena tuntutan menbawakan cerita.

Terungkap ketika dewan juri pada babak final. Setiap para peserta selesai tampil, juri memberikan komentar dan penilaian dari tampilan yang baru dilakoni peserta. Mereka bahkan ada yang mengungkapkan, jarang ke perpustakaan. Pertanyaan suka membaca buku apa? Dijawab dengan, suka membaca buku cerita rakyat Bangka Belitung, yakni Bawang Putih dan Bawang Merah. Jawaban yang salah dari peserta itu, dimaksudkan untuk meyakinkan dewan juri bahwa ia suka membaca, tapi sebaliknya.

Menanamkan hobi membaca tidak semudah menanam singkong. Dipotong-potong batangnya, kemudian ditancapkan. Beberapa bulan kemudian sudah bisa dipanen. Melihat dari lomba bercerita tadi, saya juga ragu-ragu dengan minat baca dari para juri. Ada salah seorang juri yang bertanya kepada seorang peserta, cita-cita ingin menjadi apa? Peserta menjawab, ingin menjadi dokter.

Namun si juri entah mengapa, ketika mendengar peserta yang suka menulis puisi, menulis cerpen. Langsung dipatahkan hobi anak itu dengan kata-kata bahwa, jangan jadi sastrawan karena sastrawan itu tidak bikin kaya.

Kata yang tidak bijak dan memotivasi. Begitu pula dengan juri yang lain, mengarahkan si anak agar membaca novel karya penulis tertentu. Mungkin lagi promosi.  Kan masih banyak karya novelis yang karyanya lebih mengedukasi. Ketahuan Perbendaharaan buku yang ia baca sedikit. Minat bacanya juga diragukan.

Minat baca kita rendah, tidak bisa dipungkiri. Dari juri lomba bercerita itu tadi juga tidak bisa memberikan motivasi agar anak tergugah sehingga bisa tumbuh minat baca. Lomba bercerita menumbukan minat bercerita pada anak ya, tapi menumbuhkan minat baca masih diragukan. Membaca buku menjadi kebiasaan setiap hari butuh disiplin yang ditanam sejak usia dini. 

Dimulai dari orang tua suka mendongeng ketika anak belum bisa membaca dan belum bersekolah. Ketika anak mulai bisa membaca tapi masih terbata-bata anak minta dibacakan buku. Hingga ia bisa sanggup membaca sendiri satu buku. Namun tergantung orang tua bisa meladeni dan menyediakan bahan bacaan untuk anak. Mengajak anak ke toko buku, memberikan kebebasan kepada anak bisa memilih buku. Masihkah rutin orang tua membawa putra-putrinya ke perpustakaan?

Kalau itu dilakukan, saya yakin minat baca akan tumbuh dengan sendirinya. Membaca kebanyakan dilakukan karena kepepet. Kepepet karena tuntutan tugas di sekolah, kepepet karena untuk menyelesaikan tugas di tempat kerja.

Saya menulis pasti saya membaca, tapi anda membaca belum tentu menulis. Maka dari itu mendorong minat baca itu, sama sulitnya dengan mendorong minat baca. Bisa dimulai dari keluarga. Orang tua suka membaca, kemungkinan besar anak mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun