Aku bukan pujangga Cuma pengumpul kata Bermula dari satu hari Hingga menjadi berhari-hari
Tidak bisa menolak, ketika petaka datang membawa musibah
Telunjuk menunjuk lejukMenuju sudut tanpa lekukArah jauh terantuk-antukTanpa dahak terbatuk-batuk
Pasir tidak lagi merasa basah ketika ombak membawa resah bersama buih tidak ingin terpisah
Entah siapa meletakkan membiarkan mengering hingga membekas kuatTelah mengotori tulisan sehingga menghilangkan kata tamat
Tercurah gagasan dari peradaban tidak tersentuh pikiranSudah lama tidak dibersihkan karena kemalasanDibiarkan mengikuti alam yang terus berubah
Dia kebingungan ketika pandangan tersekat lelahMenjadi mencari hingga kehilangan arahDia masih melangkah belum tampak menyerah
Kami tidak ingin kembali. Terus menuju pergi walau pun dihadang sepanjang jalan
Mereka sedang menyanyikan lagu duka diiringi musik tanpa nada
Aku adalah ibu, mengajarkan perjuangan agar mereka menang
Bisa ditemukan dalam perjalanan karena jalan tidak selalu sama, selain bergelombang juga menurun dengan sedikit kekuatan
Doa selamat menyelamatkan Ketika terancam karena kelakuan Doa selamat telah menguatkan
Aku sudah menyimpan lupaDalam halaman tebal berangkaAgar bisa dibacaKapan pun masa
Berdebat di luar arena ataran kebohongan dan kebenaran, mengeong saja agar mereka menoleh bisa melihat kita sedang kebingungan
Menjadi berbeda ketika waktu disatukan peristiwa. Sama berarti menentukan masa
Menyandung menjadi batu. Tidak lagi bisa berlalu. Telah menduduki pelintasan
Hujan telah mendesak berhenti, musim ada saatnya tidak tebersit di hati
Menyegar tanahMenghitam tanahMenggembur tanahMenadati tanahDivasahi tanah
Tidak peduli ada lirikan diperjalananTerpenting sisa ruang bisa diisi gambar wajah perkenalanAda sedang memasang senyum buatan
Adalah lupaBanyak tidak penting disimpan percumaMengingatkan jauh setelah ditinggal lama