Mengasap petang sempat berurai air mayaTelah mengabut duka Biar tidak kentara
Tari menjadi setan penguasa sepi Mereka sedang mencium bau tai
Adalah pantai yang meninggalkankuKetika laut surut bertaburan kata merayuTelah mengandaskan rindu
Berlari ke sebelah rumahSetelah ingin mendapatkan tidak kunjung didapat, sempat pasrah
Menunggu yang menipuSetelah harapan diberikan tanpa kenyataan yang datangMerasa seperti batu
Mereka telah berjanji Tidak akan menggunakan jampi-jampi
Mendapat tempatCelah semua kuasa didapatBirokrasi dirayu dengan tari
Buah kopi dimakan musangMusang betina sedang buntingpengalaman lalu dianggap usangpesan baik dianggap tidak penting
Masih jelas terlihatMata melayang bola mata menjeratMenangkap langkah bergegas
Masih terdapat empuknya rumput hijau agar tidak sakit ketika jatuhMereja mengejat harapan yang masih jauh
Rumput masih berembun memasahi waktu yang pasti berubahTerlalu banyak bila disun menjadi kisahPasir lintasan yang tak akan mendustai
Sudah di cari kemana-manaHingga gorong-gorong yang menyimpan tanyaYang pasti tikus-tikus menjadikan goa
Belum juga petangSudah bergegas pulangKetija hujan mengusir dari senda gurau yang panjang
Tanpa ada rindu Kini mereka nereka dirayu Kekuasaan meminta kembali Tidak ingin tersakiti
Jatuh dengan sendiriBukan karena senapan mau pun belatiBelum matiTanah menyambut dengan sepi
DaunHijaumu menghijaukan matakuMataku tua rabun belum butaMasih bisa menulis kata-kata
Setelah seperempat abat kembali kita teringat rumah yang dibangun semakin kuat
Kau titipkan dua bait puisiTetang hujan yang tidak bisa diprediksiMembuat genangan menenggelamkan mata kaki
Kapan mereka mekarTidak ada yang mengikuti saat keluarTetapi seketika tahu sudah berada di luar rahim pagi
Kata hanya gerakSulit ditebakEntah siapa yang diajak bicaraTelah dikalahkan deru suara