Orang tua saling pandang Dari luar terdengar suara genderang Ketika hening wisuda memenuhi ruang
Telah mengalahkan kaki-kakiTelah mengalahkan langkah-langkahMereka menempati meja-meja tidak mengerti
Duduk sendiri, parfumnya menyebar wangi, memandang jauh melepas bosan
Pulau Bangka belum basah, setelah kering berkepanjangan membikin resah
Mahasiswa meminta izin tidak kuliahKarena ingin menghadiri kakak wisudaTerus belajar tak kenal lelahUntuk mendapatkan ilmu yang berguna
Entah apa yang ada di telinga mereka, Entah apa yang ada di jari mereka
Racikan yang menunggu air mendidih, ditinggalkan dengan rasa sedih
Setelah tak terhubung. Keingintahuan tak terbendung. Tak bisa disampaikan
Belum tampak matahariMasih berada di ujung Timur negeriSementara di Barat kita menanti
Setelah lama di tunggu Tak kunjung selesai diakhiri Hingga halaman terakhir menuliskan rindu
Belum habis langkahMasih ada di ujung batas tempat singgahItu juga bukan akhir dari perjalanan
Di taman itu kau sedang membagikan waktuMemberikan beberapa bilah sembiluMereka sedang beramai-ramai menakut-nakuti
Bukan pura-puraTelah melalui proses lukaTerasa pedih menyayat kecewa
Kumpulan pantun tentang kehidupan sehari-hari manusia.
Dibuat tidak berkutik Ketika malam tinggal setitik Tinggal menunggu malam berakhir Dia telah berhenti berpikir
Kisah telah dipindahkanBersama arca kerajaan lamaHingga senjata tua yang tak lagi bisa diletuskan
Aku bukan ingin mengejarmu Tapi aku ingin mencarimu Bila melihatmu itu terserahmu
Telah terhidang petangBersama langit terlihat benderangMembawa wangi hingga ujung Barat
Kumpulan pantun yang bertema tentang dinamika kekeluargaan.
Ketika menjadi alasan. Tak ingin memulai menjadikan pagi sebagai perlindungan