Namun dalam pada itu, selagi semua orang sedang dicengkam oleh kecemasan dan kebingungan, Sri Aji ternyata tidak tinggal diam menyerahkan kepalanya untuk diledakkan pada batu-batu padas yang runcing itu.
Pada saat orang bertubuh besar itu merasa, bahwa kemenangan sudah berada di telapak tangannya, dan tinggal beberapa langkah saja lagi, Sri Aji telah menghentakkan kekuatannya.
Bertumpu pada kekuatan tangan lawannya. Sri Aji menghentakkan dirinya, membungkuk pada punggungnya. Suatu kekuatan yang luar biasa telah terhimpun pada kedua belah tangannya. Dengan tidak terduga-duga, maka badannya yang kemudian menjadi lengkung itu, telah mengayunkan kedua tangannya menggapai wajah orang bertubuh besar itu.
Dengan serta-merta, kedua tangan Sri Aji telah mencengkam kepala orang bertubuh besar itu. Betapa kuatnya tangan Sri Aji, sehingga dalam waktu yang hampir tidak dapat diketahui oleh lawannya, Sri Aji telah dapat mengguncangkan keseimbangan. Dengan demikian, maka putaran itu pun bagaikan baling-baling yang terlepas dari porosnya. Untuk beberapa saat keduanya berputaran tidak menentu. Namun agaknya Sri Aji masih tetap sadar agar kepalanya tidak membentur tebing batu padas yang keras itu.
Sejenak kemudian keduanya pun terlempar jatuh di atas pasir basah yang keputih-putihan.
Dengan susah payah keduanya berusaha untuk menguasai diri. Sri Aji dengan sigapnya meloncat berdiri, sementara lawannya pun telah berusaha berdiri pula.
Bersambung ke link: