Saat kenyataan tak seindah pengharapan, saat kau ungkap cinta pada yang lain, saat aku hanya pelengkap dukamu. Saat itu juga aku berdoa padaNya agar diberi pertahanan yang kokoh
Meskipun kulit tak bisa merasa hangatnya mentari, Kaki terasa kaku untuk melangkah, tangan seperti lemas tak mampu bergerak, jantung berdenyut kuat dari biasanya. Aku terdiam seribu kata, sedang pandanganku buram seperti ada kristal yang mau jatuh dari dua bola mata ini.
Lidah ini seketika hilang fungsinya, tak ada rasa manis, pahit, asam dan asing sama saja. Bahkan aroma mawar disamping kiri dan kanan pun sudah tidak tercium. Aku hanya terdiam seribu kata, tak bisa terungkap apalagi berteriak kepada bumi, itu sulit sekali.
Bukan begini daku berharap, karena cita-citaku adalah hidup bersama denganmu untuk selamanya, sebab itu semampu mungkin aku selalu berdiri dibelakang untuk menyemangatimu, berdiri disamping untuk mendampingimu, berdiri didepan untuk menatap matamu.
Namun sayang, saat aku berdiri dibelakang kau tak merasakan kehadiran bayangan ini, saat aku berteriak ditelingamu, kau tak mendengar bahkan saat aku menari dengan bunga dihadapanmu kau tak melihat.
Dimana hatimu, dimana pikiranmu, dimana rasamu, padahal kau selalu berlari-lari dalam imajinasiku, padahal sudah ku letakkan namamu dihati, padahal rasaku telah mati untukmu saja.
Oh………, sepertinya impianku tidak diindahkan oleh Tuhan, bukan karena Tuhan tak sayang, barangkali ada rencanaNYA yang lain, jadi biar ku simpan asa dalam hati saja. tak perlu kau tahu apalagi memberi tahu dunia, bahwa dalam hati ini benarlah tulus untukmu. Biar sudah ku simpan cinta dalam hati untuk diriku sendiri.
Salam
R. Leikawa
Ambon, 19 Agustus 2016