Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bagaimana Memberikan Ampau pada Ibu, Supaya Istri Tidak Cemburu?

18 Agustus 2025   20:28 Diperbarui: 19 Agustus 2025   13:57 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hubungan anak dan Ibu adalah melekat rasa dan cinta. Gambar dari Istock

Dulu saat ekonomi masih sulit, anak-anak masih sekolah, membagi biaya kuliah dan lain-lain, belum bisa memberi sedikit finansial kepada orang tua. Untungnya mereka masih bisa nyambi kerja di pasar, sehingga seandainya kami belum bisa memberi orangtua pun memahaminya.

Normalnya hubungan anak dan orang tua saling melekat, rasanya tidak ada anak yang tega melihat orang tua hidup susah, demikian juga sebaliknya, orangtua pun tak akan tega melihat anaknya hidup serba kekurangan.

Sehingga keduanya saling menjaga, menyayangi dan saling memahami, jika anak sedang berpunya, pasti ada rasa ingin memberi kepada orang tua, itu adalah naluri yang tak bisa dielakkan.

Seandainya pun memberi sekedar ampau bagi Ibu hanya saat lebaran saja, uang sudah saya recehkan lima ribuan yang berjumlah Rp.300.000- Rp.500.000,- Ibu akan mengatakan : "jika ingin memberi jatah lebaran berikan saja recehan, karena untuk sangu".

Uang tersebut oleh Ibu akan dibagikan anak-anak kecil saat silaturahmi pada waktu lebaran. Dulu saat almarhum suami masih ada, jika akan memberi jatah lebaran selalu membagi dua, dua amplop dengan jumlah yang sama, untuk Ibunya(mertua saya) dan ibu saya sendiri.

Walaupun pada akhirnya saya tahu, saat bertemu mertua suami akan menambah lagi jumlah tersebut yang saya tidak tahu berapa nominal yang diberikan, demikian juga saya akan memberikan tambahan lagi kepada Ibu, yang suami juga tidak menanyakan berapa jumlahnya.

Hal itu sudah kami pahami dan tidak pernah mempermasalahkannya, cukup kami saling tahu begitu saja.

Enam tahun yang lalu, Bapak meninggalkan kami untuk selamanya. Ibu semakin tua, sudah tidak berjualan ke pasar lagi, beliau lebih banyak di rumah. Beruntung ada adik laki-laki saya yang masih bujang yang menemaninya setiap hari.

Ibu memang type perempuan yang rajin, selagi badan sehat masih ingin berkarya. "Lek nek omah meneng wae malah awak loro kabeh", (Jika di rumah diam saja, badan malah terasa lesu) kata beliau saat saya telpon.

Untuk menghilangkan kejenuhan terkadang Ibu pergi ke sawah untuk melihat hasil tanamnya. Sebenarnya segala urusan sawah sudah ditangani oleh tenaga upah, namun demikian sesekali ke sawah ingin melihat hasil tanaman saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun