Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berikut Cara Mengenali Anak dengan Hambatan Tunagrahita

28 November 2021   21:04 Diperbarui: 29 November 2021   00:48 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus (Sumber: pexels)

Pada tulisan sebelumnya saya pernah menyampaikan tentang bagaimana kiat-kiat menjadi guru pembimbing khusus, salah satunya harus mempunyai tiket kesabaran tingkat tinggi. 

Ketika tiket sabar telah kita kantongi, menghadapi semua jenis karakter siswa akan bisa kita layani. Termasuk di dalamnya menjumpai anak yang diduga mempunyai hambatan tunagrahita.

Memang tidak mudah membimbing peserta didik berkebutuhan khusus, namun demikian jika kesabaran telah melekat dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, guru harus mengedepankan ketulusan dan keihlasan untuk melayani.

Terlahir menjadi anak berkebutuhan khusus bukanlah kehendak mereka, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa mencipta dan memberikan predikat apapun kepada mahluknya. Semua ada hikmahnya. 

Guru menjadi orang tua di sekolah diharapkan dapat melayani mereka dengan kesungguhan hati.

Kali ini saya akan menceritakan tentang peserta didik teman saya, sebut saja namanya Army. Dia terlahir dari keluarga yang broken home. 

Sejak dalam kandungan bapaknya meninggalkannya, merasa tidak mampu menanggung beban sendirian, ibunya berniat untuk menggunggurkan kandungannya dengan minum obat-obat berbahan kimia, namun Tuhan tidak mengizinkan akhirnya dia lahir dengan selamat.

Sejak berumur dua tahun ibunya menitipkan kepada budenya, ibu Army pergi ke Malaysia untuk menjadi TKW. 

Perkembangan Army sejak kecil tidak seperti teman seusianya, bahkan untuk mengurus dirinya sendiri saja belum mampu. 

Saat ini Army kelas 5 SD, dia lambat dalam menguasai kemampuan dasarnya. Seperti makan, minum masih harus diberi arahan.

Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah sebuatan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan anak pada umumnya. 

Kondisi ini dapat terjadi pada bayi setelah dilahirkan, sejak bayi dalam kandungan atau selama proses persalinan.

Berikut cara mengidentifikasi anak yang diduga tunagrahita dilansir dari Bimtek GPK:

  • Tingkat kecerdasannya di bawah normal
  • Mengalami kelambatan dalam segala hal kalau dibanding anak-anak normal, baik di tinjau dari psikis, sosial dan kemampuan fisik
  • Tidak dapat berkonsentrasi yang lama (anak cepat bosan)
  • Perbendaharaan kata sangat terbatas
  • Perilakunya kurang luwes
  • Pikiran, ingatan, kemauan, dan sifat-sifat mental lainnya terbelakang jika dibandingkan dengan anak normal yang sebaya
  • Jari kaki dan tangan pendek dan tebal
  • Suara datar, bibir tebal, mata sipit

Berdasarkan identifikasi di atas mungkin bapak ibu pernah menjumpai anak seperti tersebut di atas, sehingga kita harus tahu bagaimana menangani dan membelajarkan anak yang diduga mengalami hambatan tunagrahita.

Berikut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan:

Pertama, melayani dengan sepenuh hati

Melayani anak berkebutuhan khusus harus dengan hati, sabar dan telaten. Itu adalan poin utama yang harus dimiliki guru dan orang tua. Mereka membutuhkan layanan khusus, karena berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Kita tidak berharap ada anak yang mengalami hambatan tunagragita. Namun jika pada tahun pelajaran baru, tiba-tiba ada orang tua menitipkan putranya yang mempunyai hambatan seperti di atas, maka kewajiban kita untuk melayaninya dengan sepenuh hati.

Menganggap mereka menjadi anggota keluarga, yang membutuhkan uluran tangan untuk mengantarkan mereka mengenal lingkungan belajarnya, terlebih menyiapkan mereka untuk bisa menerima pengetahuan walaupun hanya satu huruf.

Mendidik mereka dengan hal-hal ringan, misalnya mengajari mereka membiasakan menerima dengan tangan kanan, mengucapkan terima kasih jika mendapat sesuatu dari teman adalah menjadi provit yang besar bagi mereka. 

Kedua, ajarkan untuk merawat diri

Bagi anak dengan hambatan ini sangat penting untuk diajarkan bagaimana merawat diri, mulai berpakaian sendiri, mengancingkan baju sendiri dan bisa pup sendiri.

Beberapa kasus anak dengan hambatan tunagrahita, ketika masuk di kelas rendah mereka masih sering ngompol di kelas, kurang bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, bahkan untuk sekedar makan dan minum saja membutuhkan pelayanan.

Army yang saat ini duduk di kelas 5, ketika ingin minum maka gelas yang ada di depannya saja masih di arahkan ke mulut. 

"Ayo Army, kalau minum gelasnya diarahkan ke mana?" Ujar guru pembimbing Army yang ada di kelas.

Ketika minumpun jika tidak dihentikan bu guru, maka dia akan terus minum, tanpa meletakkan gelas yang ada digenggamannya. 

Begitulah keadaan anak yang diduga mengalami hambatan tunagrahita yang membutuhkan layanan khusus dari orang-orang di sekitarnya.

Secara khusus mereka dapat diajari bagaimana memakai kaos kaki, memakai sepatu, dan ikat pinggang. Hal-hal kecil bagi anak-anak regular, namun bagi mereka adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.

Di situlah guru diuji kesabaran dan keihlasannya dalam melayani anak yang istimewa ini. Kita harus bisa menanamkan bagaimana cara merawat dirinya sendiri, sebagai bekal untuk masa depannya, suatu saat dia tumbuh menjadi dewasa, dan berharap bisa merawat dirinya sendiri.

Ketiga, ajarkan kemandirian dan tanggung jawab

Dahulu, pernah saya menjadi pengawas Ujian Nasional di sebuah lembaga pendidikan SD yang menjadi satu-satunya SDN Inklusi di daerah saya.

Saat semua siswa konsentrasi menyelesaikan lembar soal-soal yang diberikan, tiba-tiba anak dengan berkebutuhan khusus, bersembunyi di bawah kolong meja untuk makan jajan, beberapa kali saya sapa tidak menjawab, terkesan cuek, dan acuh.

Saya mencoba mendekatinya, berbicara pelan dengan penuh kasih, ahirnya dia kembali duduk di kursi, namun seakan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Saya sodorkan lembaran kertas yang tertulis nama dan identitasnya untuk disalin pada lembar jawaban.

Saya pegang tangannya dan saya dekatkan pada pensil, saya bilang, "Nak, coba tulis namamu di lembar jawaban ini," beberapa kali saya mengatakannya, namun tetap saja dia cuek.

Ahirnya saya coba pegang tangannya dan mengatakan, "Nak, kamu akan mendapat nilai bagus, jika kamu mau menulis di lembar jawaban ini," dengan pelan tangannya meraih pensil dan menuliskan namanya.

Saya melatihnya untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri bahwa dia harus menyelesaikan tugasnya, sama seperti teman-teman yang lain.

Keempat, menurunkan indikator dalam pembelajaran.

Agar mereka tidak merasa minder dan diasingkan dari orang-orang terdekatnya, maka tetap menjadi satu bagian dalam kelas regular, untuk itu sebagai guru pembimbing khusus harus bisa menyiapkan mereka dan membedakan cara menyampaikan materi agar dua-duanya dapat mencapai indikator yang diharapkan.

Sebagai guru pembimbing khusus harus menyiapkan perangakat pembelajaran, salah satunya menyusun rancangan pembelajaran akomodatif atau RPP akomodatif, yaitu rancangan pembelajaran yang menyesuaikan dengan keadaan peserta didik.

Dalam hal ini yang membedakan adalah menyusun indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran diharapkan berbeda dengan siswa regular. Contohnya untuk siswa regular Indikator ialah menentukan ide pokok dalam sebuah paragaf.

Tujuan: Siswa dapat menentukan ide pokok dalam sebuah paragraf dengan benar.

Untuk PDBK (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus)

Indikator: Membaca kalimat dalam sebuah paragraf.

Tujuan : Siswa dapat membaca kalimat dalam sebuah paragraf dengan benar.

Perbedaan yang sangat mencolok, di mana ketika siswa regular bisa menentukan ide pokok dalam paragraf, tentunya didahului dengan membaca dan memahami kemudian menentukan ide pokoknya.

Namun untuk siswa PDBK cukup untuk membaca beberapa kalimat yang ada dalam paragraf yang sama, walaupun membacanya masih kita bimbing. 

Kelima, mengkondisikan siswa dalam zona aman dan nyaman

Hal yang tidak kalah pentingnya yang perlu dilakukan oleh guru pembimbing khusus adalah menjadikan suasana kelas menyenangkan, mengkondisikan agar lingkungan belajar bagi siswa dengan hambatan tunagrahita tidak menakutkan dan tidak membahayakan.

Menanamkan pada siswa lain untuk saling menyayangi dan tidak boleh mengejeknya, saling membantu, tidak boleh mem-bully, mereka butuh pelayanan dan kasih sayang dari orang-orang didekatnya termasuk mereka yang menjadi teman di kelasnya.

Bapak dan ibu, mari kita menjadi orang tua sekaligus guru pembimbing khusus bagi mereka anak-anak berkebutuhan khusus, mereka membutuhkan layanan prima dari orang-orang terdekatnya.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun