Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kendati Satu Pulau, Kenapa Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa Berbeda?

15 Juni 2021   11:07 Diperbarui: 16 Juni 2021   21:03 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang Sunda (salamadian.com)

Kata-kata ini sudah sering didengar, karena latar belakang pergaulan di sekitarnya, karena saya lama bermukim di Jawa Barat (Sunda).

Dalam hubungannya dengan sesama, orang-orang Sunda mengenal kata-kata ini, silih asah, silih asuh, dan silih asih. 

Dengan menerapkan landasan hidup tersebut maka akan tercipta suasana damai, ketentraman, dan kekeluargaan antara sesama.

Silih asah artinya saling mengasah atau mengajari. Silih asih artinya saling mengasuh atau membimbing. Sedangkan Silih asih artinya saling mengasihi atau menyayangi.

Orang-orang Sunda boleh membanggakan bahwa di antara mereka banyak yang menjadi tokoh nasional, baik di bidang pemerintahan, olahragawan, artis, dan sebagainya.

Bahkan Bapak Umar Wirahadikusumah adalah salah seorang mantan Wakil Presiden RI yang pernah mendampingi Soeharto sebagai kepala negara.

Sunda berasal dari kata Sansekerta suddha yang berarti putih, berkilau, bersinar, atau terang (Rouffaer-1905). Sunda juga bermakna sama dalam bahasa Bali dan Jawa Kuno (Ananda Kusumah-1986).

Kapankah awal mula kata Sunda ini dipakai?

Adalah Purnawarman, salah satu raja Kerajaan Tarumanagara yang awal mula menggunakan nama Sunda ini sebagai nama ibukota dari salah satu kerajaan tertua di Nusantara itu.

Purnawarman menamakan pusat kerajaannya (tahun 397 Masehi) dengan Sundara. Lantas, Tarusbawa, raja Tarumanagara yang ke 13 merubah nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda (abad ke 13).

Peristiwa ini yang menjadi cikal bakal, wilayah Tarumanagara menjadi terpecah dua, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda, dan Sungai Citarum yang menjadi batasnya.

Kini terjawab sudah keheranan sebagian orang yang mempertanyakan mengapa kendati berada di satu pulau, namun bahasa Sunda dan bahasa Jawa berbeda.

Orang yang berada di Jawa Barat sebagian besar berbahasa Sunda, sedangkan orang di Jawa Tengah dan Jawa Timur berbahasa Jawa kendati dengan dialek yang berbeda.

Dalam Suma Oriental, sebuah catatan yang ditulis oleh seorang penjelajah bangsa Portugis pada abad ke 16 yang bernama Tome Pires, disebutkan jika orang Sunda memiliki jiwa melaut yang tinggi.

Tome Pires juga mencatat bahwa orang Sunda dan orang Jawa pada saat itu sudah mengenal perdagangan, bahkan kedua mereka saling bersaing. Namun Pires menyebutkan mereka tidak akrab, tapi tidak bisa dibilang saling bermusuhan.

Itulah juga yang menjadi penyebab mengapa bahasa Sunda dan bahasa Jawa tidak berasimilasi. Dan kondisi ini bertahan turun-temurun hingga ke jaman modern sekarang ini.

Namun ada beberapa tempat di Jawa juga dituturkan bahasa Sunda, yaitu di daerah Banyumas. Bahkan di sana ada satu desa namanya Desa Cijurig yang menuturkan bahasa Sunda.

Ci dalam bahasa Sunda artinya air, sedangkan jurig artinya setan atau iblis.

Bahasa Sunda juga masih ada dituturkan di Brebes dan Cilacap. Bahkan di Jawa Tengah ada dataran tinggi Dieng, yang berasal dari bahasa Sunda kuno dhiyang.

Mengapa demikian, karena dulunya wilayah itu menjadi salah satu bagian dari Kerajaan Galuh yang berpusat di Sunda. Dan orang-orang Sunda juga bermukim di dataran tinggi Dieng pada abad ke 6 Masehi.

Uniknya, di wilayah geografis Jawa Barat, seperti Pangandaran, Majalengka, Cirebon, Kuningan, dan Subang bahasa yang digunakan di wilayah itu ada dua, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa, atau campursari.

Dulunya, bahasa Sunda ini tidak mempunyai tingkatan (kasar dan halus) seperti bahasa Jawa, namun karena Islam Mataram lantas menjadi penguasa di Jawa, maka bahasa Sunda sudah tidak suci lagi.

Bahasa Sunda mulai dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Kini keduanya, bahasa Sunda dan bahasa Jawa sama-sama mempunyai tingkatan.

Satu alasan lagi mengapa berbeda, karena dulunya kerajaan Sunda tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit atau pun Singasari dalam upaya invasi mereka.

Kesamaan keduanya, orang Sunda dan orang Jawa ini memiliki fisik, rupa, tidaklah jauh berbeda.

Itulah sebabnya mengapa bahasa Sunda dan bahasa Jawa berbeda karena orang Sunda mempunyai nenek moyang sendiri yang Pasundan.

Populasi Sunda maupun bahasanya menduduki posisi kedua terbanyak di Indonesia dengan angka mencapai 42 juta. Sunda hanya kalah dalam hal ini dari Jawa yang mencapai angka dua kali lipatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun