Mohon tunggu...
Rudy Yuswantoro
Rudy Yuswantoro Mohon Tunggu... Lainnya - Puisi adalah jiwaku

Penikmat Literasi || Pecandu Rindu || Pemital Aksara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Patah Pena

3 Agustus 2020   06:50 Diperbarui: 3 Agustus 2020   07:33 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di,
Pagi berselimut dingin
Batin merasakan sakit saki
Tersayat luka celoteh yang tak kunjung mereda

Kata bijak sebatas lembaran lusuh
Tidak lagi menunjuk kedewasaan
Lidah selalu memutar balik fakta
Sudut bibir tersenyum hanya sebagai kedok saja

Ketika aku patah pena
Dan aksara tak lagi bisa tertata
Akhir mengelus dada menghela panjang
Berlirih, begitu teganya mendustai ketulusan ini

Di,
Pagi pada secangkir kopi
Antara mentari yang menyinari bumi
Dalam rekih badan mendoakan semoga tak ada lagi ucap comberan pemecah NKRI

Surabaya, 3 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun