Sudah saatnya kita berhenti tertipu oleh angka. Saatnya bangsa ini menuntut lebih dari sekadar IPK tinggi: kita harus berani mengedepankan pembuktian keterampilan, integritas, daya juang, dan nalar kritis. Lulusan yang dibutuhkan Indonesia hari ini bukanlah yang sekadar lulus tepat waktu dengan nilai sempurna, tapi yang mampu berpikir mandiri, berkolaborasi lintas batas, dan mengabdi bagi kepentingan publik.
Ki Hajar Dewantara pernah mengingatkan bahwa:
"Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya."
Tetapi bagaimana mungkin keselamatan dan kebahagiaan itu tercapai, jika nilai akademik hanyalah ilusi, dan pendidikan kehilangan arah untuk menuntun?
Dan Paulo Freire, tokoh pendidikan pembebasan, berkata:
 "Education either functions as an instrument to bring about conformity or freedom."
Kini kita harus memilih: apakah kita ingin tetap melanjutkan pendidikan yang menumpulkan nalar dan hanya mencetak kepatuhan? Atau kita berani mereformasi sistem agar pendidikan menjadi jalan menuju kemerdekaan berpikir, etika yang kuat, dan masa depan yang bermartabat?
Karena pada akhirnya, pendidikan tidak boleh hanya mencetak gelar, tapi harus mencetak manusia-manusia yang utuh: yang tahu apa yang ia ketahui, sadar akan keterbatasannya, dan terus bertumbuh untuk memecahkan persoalan bangsanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI