Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Roti dan "Invisible Hand" Adam Smith dalam Ekonomi Kapital

4 Juni 2025   22:07 Diperbarui: 5 Juni 2025   10:21 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ( Kreasi Pribadi)

Kembali ke si tukang roti tadi. Ia memang tidak sedang berdonasi atau membagikan roti gratis. Ia hanya ingin jualan rotinya laku. Ia bekerja demi untung, demi nafkah, demi kebutuhan hidupnya sendiri.

Tapi lihatlah lebih dekat proses yang ia jalani. Untuk menghasilkan satu loyang roti yang hangat dan harum, ia butuh bahan dan alat dari berbagai pihak:

  • Gandum ia beli dari petani di desa.
  • Telur dan mentega dari peternak lokal atau toko kelontong di pasar.
  • Gas dan listrik dari perusahaan penyedia energi.
  • Bahkan alat pemanggang, mixer, loyang, dan kemasan---semuanya datang dari para produsen dan distributor lainnya.

Artinya, setiap kali ia membuat roti, secara tidak langsung ia menghidupkan rantai ekonomi yang panjang: dari petani di sawah, pedagang di pasar, teknisi listrik, sampai supir truk pengantar barang. Semua terlibat. Semua mendapatkan manfaat.

Jadi meskipun niatnya hanya untuk memenuhi kepentingan pribadi, yakni mencari penghasilan, tindakannya ikut mendorong perputaran uang, menciptakan lapangan kerja, dan menyambung hidup banyak orang. Ia tidak sedang melakukan amal, tapi dampaknya terasa seperti berkah bagi orang lain.

Inilah yang disebut Adam Smith sebagai keajaiban pasar bebas. Ketika semua individu diberi ruang untuk bertindak berdasarkan kepentingannya masing-masing, dalam sistem yang terbuka dan kompetitif, hasilnya bisa seperti orkestra: teratur meski tanpa konduktor.

Smith menyebut ini sebagai "tangan tak terlihat" (invisible hand), mekanisme alami yang menyelaraskan kepentingan individu dengan kepentingan sosial. Tidak ada paksaan, tidak perlu ada rencana sentral. Yang diperlukan hanyalah kebebasan berusaha, kepastian hukum, dan keterbukaan akses.

Selama barang dan jasa bisa mengalir bebas, pelaku usaha bisa bersaing secara adil, dan hak-hak semua pihak dilindungi, maka pasar akan menemukan keseimbangannya sendiri. Harga akan terbentuk secara wajar, produksi akan menyesuaikan permintaan, dan sumber daya akan digunakan secara efisien.

Tukang roti hanyalah satu contoh kecil. Tapi dari roti yang ia panggang, kita bisa memahami mekanisme besar yang menggerakkan ekonomi modern. Sebuah sistem yang, jika dikelola dengan prinsip keadilan dan kebebasan, bisa menjadi instrumen kuat untuk menciptakan kemakmuran bersama.

Adagium Lama, Gema yang Abadi

Pemikiran Adam Smith tentang pasar bebas sebenarnya tidak lahir di ruang hampa. Ia tumbuh dari semangat zaman, dari gelombang besar Pencerahan (Enlightenment) di Eropa, di mana kebebasan individu mulai dianggap lebih penting daripada kontrol raja dan negara. Salah satu semboyan yang bergema kuat kala itu berasal dari Prancis:

"Laissez-faire, laissez-passer"
(Biarkan mereka berbuat, biarkan barang lewat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun