Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nasibmu Kini, Ibu Pertiwi

23 Februari 2025   21:10 Diperbarui: 23 Februari 2025   21:37 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Piramida.ID)

NASIBMU KINI, IBU PERTIWI

Ohhh sungguh berat beban negeri ini,
Terjerat janji dalam ikatan tak suci,
Dipuja kepentingan, dijual harga diri,
Seharusnya kita bersatu menjaga bumi,
Namun keserakahan mengikis nurani,
Terbelenggu utang, menangislah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh pilu melihat kenyataan,
Tanah subur dijadikan jaminan,
Gunung dan laut menjadi taruhan,
Seharusnya kita menjaga kekayaan,
Bukan menyerah pada kepentingan,
Terkoyak lelah, merintihlah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh lemah suara rakyat kecil,
Teriakan mereka tenggelam di sunyi,
Ketidakadilan menjadi warisan abadi,
Seharusnya kita mendengar jerit hati,
Bukan hanya tunduk pada ambisi,
Tertindas derita, meranalah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh tamak para penguasa,
Berpesta di atas derita sesama,
Menjaja negeri demi laba semata,
Seharusnya kita melawan tirani,
Bukan merunduk dalam ilusi,
Terluka dalam, menangislah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh pedih derita petani,
Sawah mengering, ladang terbeli,
Mereka tak lagi memiliki negeri,
Seharusnya kita menjaga bumi pertiwi,
Agar tak tergadai oleh kepentingan,
Hilang harapan, merataplah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh miris nasib nelayan,
Laut tak lagi memberi kehidupan,
Izin asing merampas lautan,
Seharusnya kita menjaga samudera,
Agar hasilnya tetap milik kita,
Tersapu gelombang, terisaklah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh sedih melihat kota,
Megah di luar, rapuh di dalamnya,
Rakyat tertindas dalam angan belaka,
Seharusnya kita membangun bersama,
Bukan menyerah pada sistem durjana,
Dihancurkan nafsu, terpuruklah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh nyeri menatap hutan,
Ditebang rakus tanpa pertimbangan,
Banjir dan longsor jadi balasan,
Seharusnya kita menjaga alam,
Bukan menyerah pada korporasi,
Luruh daun, terengah Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh hampa keadilan negeri,
Hukum tajam pada yang lemah,
Tumpul bagi mereka yang berkuasa,
Seharusnya kita menegakkan kebenaran,
Bukan membiarkan dusta merajalela,
Dikepung kebohongan, tersiksa Ibu Pertiwi.

Ohhh sungguh hancur mimpi pemuda,
Ilmu mereka tak lagi berharga,
Sebab kerja pun tak ada untuk mereka,
Seharusnya kita mencipta peluang,
Bukan menutup jalan harapan,
Terhalang masa depan, terpukul Ibu Pertiwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun