Kota Pekanbaru Tempo Doeloe (Sumber:https://www.google.com/search?q=pekanbaru+tempo+dulu)
Ketika saya memulai mengetik tulisan ini, hari belum larut benar, baru pukul 20.40.WIB. Di luar kedengaran guruh berbunyi sambung-menyambung dengan kilat. Itu alamat hujan akan turun. Saat ini cuaca di Kota Pekanbaru, tidak menentu. Kadang panas bukan kepalang, sepertinya akan memasuki musim kemarau. Tetapi tak disangka-sangka berarak awan mendung, datang angin, turunlah hujan. Kondisi ini menyebabkan saya, keluarga, juga masyarakat lain menjadi sakit pilek, diikuti batuk, sakit kepala dan deman. Kota Pekanbaru memang berhawa panas. Di Jakarta juga panas, tetapi tidak membuat kulit warganya menjadi hitam. Yang membuat Kota Pekanbaru menjadi panas, konon, hasil bual-bual sambil minum kopi, karena di atas minyak, di bawahnya juga minyak. Di buminya minyak tanah, di atasnya minyak sawit, hehehe....Di tambah lagi kurangnya hutan kota dan pepohonan baik di tepi jalan maupun diperumahan warga. Hal-hal itu pulalah antara lain konon yang menyebabkan panasnya bertambah-tambah. Lain dari itu yang menjadi kerisauan kami warga Kota Pekanbaru adalah bila hujan turun agak 1 jam saja, maka banjir pun akan melanda kota kami. Dari sinilah mulanya timbul selorohan sebagian masyarakat yang mengubah ungkapan resmi Kota Pekanbaru dari Kota Bertuah (Bersih, Tertib, Usaha bersama, Aman, Harmonis) menjadi “Kota Berkuah”. Khusus untuk kategori kota Bersih, kota ini sering—bahkan selalu menjadi langganan Adipura.

Salah satu ruas jalan di Kota Pekanbaru sekarang (https://www.google.com/search?q=pekanbaru+sekarang)
Perkembangan Kota Pekanbaru yang relatif cepat dibandingkan dengan beberapa Ibu Kota Provinsi lain di Pulau Sumatera, mungkin kurang diantisipasi dengan baik oleh pemangku kepentingan di daerah ini, khususnya di bidang perencanaan kota. Beralihfungsi dan tidak tepatnya peruntukan lahan; menjamurnya bangunan yang tidak diikuti dengan perencanaan yang matang; mendangkalnya sungai, parit, dan drainase yang kurang memadai—seakan-akan menjadi alat pembenar terhadap julukan Kota Berkuah itu.
***
Tetapi, ada ungkapan khas orang Melayu—anak watan daerah ini—“Di dalam buruk ada pula eloknya”. Ya. Kota Pekanbaru dijuluki juga sebagai “Kota Durian”. Keberadaan durian di kota ini tidak mengenal musim. Selalu ada sepanjang tahun. Tentu di datangkan dari daerah lain. Akan halnya Kota Pekanbaru sendiri, jangan untuk menjual, untuk makan sendiri saja tidak mencukupi. Allah Swt. Maha Adil. Setiap daerah ada lebih-kurangnya. Dan, itu menyebabkan satu daerah tidak dapat melepaskan dirinya dari daerah lain. Di sinilah benarnya pelajaran Jaring-jaring Kehidupan yang kita pelajari di buku IPA waktu SMP dulu. Simbiosis mutualisme: saling menguntungkan. Jangan sebaliknya: simbiosis parasitisme: yang satu menghisap yang lain! Na’uzubillah min dzalik.
***
KalauTuan-tuan dan Puan-puan ingin mengetahui sejarah singkat Kota Pekanbaru, saya jelaskan secara singkat berikut ini:
Pekanbaru yang saat ini telah menjadi kota metropolitan, pada mulanya hanyalah kota kecil yang terletak di tepi Sungai Siak. Sungai ini merupakan urat nadi kehidupan masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai tersebut maupun bagi negeri-negeri sekitarnya. Sungai ini menghubungkan Provinsi Riau dengan dunia luar seperti Malaysia dan Singapura.
Nama Pekanbaru ditetapkan secara resmi pada tanggal 23 Juni1784, melalui musyawarah "Dewan Menteri" dari Kesultanan Siak, yang terdiri dari datuk empat suku yaitu Suku Pesisir, Suku Limapuluh, Suku Tanah Datar, dan Suku Kampar. Pemerintah Kota Pekanbaru telah menetapkan 23 Juni sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Setiap tahun diperingati dengan berbagai permainan dan kenduri khas daerah ini. (Bile tuan dan puan ade mase, sile dan jempung ke sini, catat tarikhnya di buku agenda tuan dan puan).
Selanjutnya berdasarkan Kepmendagri Nomor 52/I/44-25 tanggal 20 Januari1959 Kota Pekanbaru secara resmi ditetapkan sebagai Ibu kota Provinsi Riau. Sebelumnya—sebagaimana telah diceritakan pada tulisan terdahulu—ibu kota Provinsi Riau berada di Tanjungpinang, yang saat ini menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagian masyarakat luar daerah ini terikut-ikut menyebut “Pakanbaru”, (Yang benar adalah Pekanbaru). Frasa Pakanbaru dipopulerkan oleh Saudara kita, para perantau dari Minangkabau. Lidahnya sulit mengucap “e”. Dan itu kebalikan dari orang Melayu yang “mengganti “a” menjadi “e”. (Misalnya “kama/kamano” {Minangkabau}; “Kemane” {Melayu}, dls.). Populernya nama itu di luar, karena memang para perantau Minangkabau yang sebagian besar sudah menjadi penduduk daerah ini, suka bepergian/merantau ke berbagai kota di Indonesia. Berlainan dengan itu, orang Melayu tidak punya tradisi melembaga dalam merantau ini. Kebanyakan orang Minangkabau merantau karena faktor ekonomi. Alam Melayu menyediakan sumber penghidupan yang lebih dari cukup bagi penghuninya. Setidak-tidaknya itu juga turut penulis rasakan waktu kecil-kecil dulu di kampung: mudahnya mencari ikan di sungai/laut/rawa, hasil hutan, berkebun, berladang.
***
Walaupun Kota Pekanbaru lebih dikenal sebagai kota jasa dan perdagangan, tetapi tetap ada tempat kulliner dan wisata.
Di bidang kulliner: kita bisa mencari makanan Khas Melayu seperti asam pedas baung/patin, gulai ikan salai. Selain itu ada juga kue-mue seperti Bolu Kembojo, Kue Bangkit, lempuk durian, dls.)
Akan halnya wisata juga tersedia di Kota Pekanbaru. Ada wisata sejarah (misalnya masjid dan makam Sulthan pendiri Kota Pekanbaru), wisata rohani (masjid Agung Annur, di sampingnya ada Gereja), wisata belanja (Pasar Bawah, tempat dijualnya bermacam barang bermutu dari dalam maupun luar negeri, dengan harga yang relatif terjangkau), pecinan (lokasinya tidak jauh dari Pasar Bawah itu).
***
Demikianlah sekilas gambaran Kota Pekanbaru, mulai dari julukan sebagai “Kota Bertuah”, “Kota Berkuah”, hingga “Kota Durian”...........
Pekanbaru ke Kota Panjang
Ke kiri jalan ke pantai raja;
Kalau umur kita sama panjang
Di tulisan berikut kita bersua
Hendak gugur, gugurlah nangka
Jangan menimpa si asan pauh;
Hendak tidur, tidurlah mata
Jangan dikenang orang yang jauh.......
(Selesai ditulis pukul 22.39 WIB, saat hujan masih turun; lebat tidak, henti tak mau......)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI