Mohon tunggu...
Ayoung F. Athar
Ayoung F. Athar Mohon Tunggu... -

writer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bakul Puisi Kompas, Instrumentalia

12 Januari 2018   12:07 Diperbarui: 12 Januari 2018   12:16 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Takwil

Matahari kubelah

Hujan gugur di teras rumah

Panas dan dingin bergelut di dadaku

Surabaya, 2016

Bocah Kafein

Bukan pada hangat kopi dalam gelas kramik, aku berguru ketabahan

Adalah pahit,

Pekat rasa getir separuh kekuatan

Surabaya, 13 Juni 2013

Liar

Burung melihat umpan berhambur di halaman tubuhku

Tubuhku mematung di atas kursi

Menghadap pagar rumah

Dari pagar rumah matanya mematoki tubuhku

Surabaya, 21 Oktober 2017

Rampai Rindu

Aroma tubuh kampungku

Bisikan surau-surau

Adik-adik yang menukar gaduh sebelum tidur

Menyuluh ingatan dari tanah rantau

Seolah pintu rumah memintaku pulang

                        

Asin keringat ibu

Pula kerut di wajahnya adalah rindu

Malam mengusik

Tampak do'a-do'a tenggelam di sepasang matanya

Sebelum  tubuh renta, tergerus usia

Langkah pincang menuntunnya rebah ke pembaringan

Menyusun nafas yang menua di dasar dada

Bising rumah kita memanggilku_ibu...

Pilu tersayat di antara kedua telingaku

Jendela yang terus melembai_rindu tampak tak sampai

Sungguh...

Wajah kampung merayu sepanjang ingatan

_Lagi-lagi memintaku pulang

 Soerabaya, 06 Januari  2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun