Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memahami KDRT dan Kiat Mengatasi Dampaknya

5 Oktober 2022   11:18 Diperbarui: 11 Oktober 2022   18:35 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Kekerasan Dalam Rumah Tanggal (KDRT) atau yang juga dikenal dikenal dengan domestic  violence  akhir akhir ini menjadi trending topik setelah menimpa public figure, artis ataupun orang terkenal lainnya.

Jika kita amati lebih dalam lagi sebenarnya KDRT dapat dikategorikan  sebagai fenomena gunung es karena jumlah kasus yang muncul ke permukaan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kejadian yang sebenarnya di masyarakat.

Hal ini dapat dimaklumi, mungkin karena alasan menutupi aib ataupun alasan lainnya kasus KDRT lebih banyak ditutupi.

Apa Itu KDRT?

KDRT pada umumnya terjadi ketika  seseorang secara konsisten mengendalikan pasangannya dengan baik dengan cara  kekerasan fisik, seksual, ataupun  emosional. 

Oleh sebab itu KDRT sering kali definisikan  sebagai pola perilaku kasar dalam hubungan apa pun yang digunakan oleh  salah satu pasangan untuk mendapatkan atau mempertahankan kendali atas pasangannya.

Bentuk KDRT yang dapat menimpa siapa saja ini memang bermacam macam seperti misalnya bersifat fisik atau psikologis.

Jika ditinjau lebih dalam lagi prilaku yang mengarah pada KDRT ini kemungkinan terkait dengan upaya pelaku untuk menakui nakuti dan bahkan sampai menyakiti secara fisik dengan tujuan mengendalikan pasangannya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bentuk KDRT itu sangat beragam mulai dari melakukan penghinaan, ancaman, pelecehan emosional sampai dengan  pemaksaan seksual.

Bahkan pelaku KDRT dapat menggunakan  anak atau anggota keluarga lainnya sebagai pelampiasan emosionalnya dengan tujuan agar korban melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku.

Bentuk KDRT yang paling umum terjadi adalah kekerasan fisik berupa pemukulan dan pendorongan. Bentuk pelecahan emosional yang sering dilakukan oleh pelaku berupa manipulasi dan ancaman.

Di samping itu bentuk KDRT yang seringkali tidak muncul ke permukaan adalalah pelecehan seksual berupa pemerkosaan, penyerangan dan memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seksual.

Sering tidak disadari bahwa ekonomi atau keuangan dapat digunakan sebanagi senjata untuk  melakukan  KDRT, seperti misalnya menahan uang belanja atau uang untuk keperluan lainnya  dengan tujuan  memaksa pasangannya untuk mengikuti kehendak pelaku KDRT.

KDRT merupakan fenomena gunung es yang sangat serius. Photo: belton.org .
KDRT merupakan fenomena gunung es yang sangat serius. Photo: belton.org .

Pemicu KDRT

Setiap keluarga tentunya bercita cita memiliki keluarga yang anggeng dan harmonis, namun pada kenyataannya setelah mengarungi rumah tangga bertahun tahun ada kalanya  KDRT mulai muncul.

Pertanyaan yang paling mendalam adalah mengapa orang yang pada mulanya sangat baik dapat saja berubah prilakunya dengan berjalannya waktu dan melakukan KDRT.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya salah satu faktor pendorong terjadinya KDRT adalah keinginan untuk mengontrol pasangan atau anggota keluarga lainnya. Keinginan ini muncul karena pelaku ingin menenmpatkan posisinya sebagai seseorang yang superior.

Faktor norma budaya juga dapat berperan dan dapat terjadi ketika laki laki merasa lebih superior dibandingkan dengan perempuan.

Fenomena Gunung Es

Berbagai alasan mengapa korban umumnya tidak melapor disebabkan karena ketakukan akan terluka lebih parah agi, menganggap sia sia jika dilaporkan dan juga ketakutan akan mempengaruhi pernikahannya.

Dalam poisisi seperti ini pada umumnya korban  KDRT lebih memilih untuk bertahan dan tidak melakukan perlawanan karena rasa takut yang dialaminya.

Di dalam kesehariannya umumnya pelaku KDRT tidak mudah dikenali dan dideteksi karena di depan umum biasanya pelaku tampak cerdas, dipercaya dan kepribadiannya menawan dan menarik.

Pelaku KDRT laki laki biasanya percaya akan superioritas gender secara tradisional dimana laki laki dianggap lebih superior jika dibandingkan dengan wanita.

Sehingga dalam situasi seperti ini wanita posisinya lebih ditempatkan sebagai sosok perawat pasangan dan juga anak anak saja.

Dalam situasi seperti ini biasanya pelaku KDRT berusaha memegang kendali dan sangat rentan terhadap kecemburuan.  Oleh sebab itu tidak heran jika KDRT seringkali dipicu dengan tuduhan pasangannya melakukan selingkuh atau rasa ingin tau  keberadaan pasangannya setiap saat.

Salah satu fenomena yang sering terjadi sebagai indikasi terjadinya KDRT adalah tindakan mengisolasi korban dari keluarga, teman, pekerjaan dllnya.

Seringkali pelaku KDRT ketika terjadi konflik dengan pasangannya temperamennya tinggi, kasar dan meledak ledak.  Namun setelah melakukan KDRT seringkali pelaku meunjukkan sikap menyesal dan berusaha menyakinan pasangannya tindakannya tidak akan terjadi lagi.

Prilaku  seperti inilah yang membuat korban KDRT masih memiliki kepercayaan bahwa pasangannya akan dapat berubah kelak  di kemudian hari.  Namun pada kenyataan siklus KDRT ini terus berlangsung dan prilaku kasar ini tidak berhenti bahkan sebaliknya pada kejadian berikutnya semakin menjadi jadi.

Sebenarnya korban KDRT dapat mendeteksi apakah hal yang menimpa dirinya merupakan bentuk dari KDRT.  Salah satu hal yang dapat dideteksi dengan mudah adalah mengamati sikap pelaku pasca KDRT seperti minta maaf, memberikan hadiah dan berjanji tidak melakukannya lagi.

Demikian juga apabila korban mengalami pengisolasian dari keluarga, teman ataupun kerabat lainnya dapat menjadi indikasi KDRT.

Disamping itu biasanya pelaku KDRT berusaha menanamkan rasa bersalah pada korban untuk menjaga superioritasnya dan mengganggap bahwa tindakan yang dilakukannya benar.

Tanda tanda lain yang mengidikasikan pasangan mulai melakukan KDRT adalah sering menyalahkan, mengontrol pasangan secara ketat, melakukan agresi, cemburu parah dan tidakan posesif.

Salah satu tindakan KDRT yang umum terjadi dan merupakan lampu merah yang harus diwaspadai adalah tindakan pencekikan, karena hal ini jika tidak tekendali dapat membahayakan nyawa pasangannya.

Pelaku KDRT biasanya berusaha menamamkan rasa ragu,  rasa malu dan rasa tergantung  pada pasangannya.  Oleh sebab itu pelaku seringkali menyalahkan korban dan menolak  bertanggung jawab atas perilakunya.

Disamping itu pelaku juga seringkali mengisolasi dan merendahkan martabat korban serta melakukan manipulasi verbal.

Dampak KDRT

KDRT memang memberikan dampak besar pada korban yang biasanya merasa tidak berdaya. Secara fisik KDRT seringkali berakibat memar, luka fisik, patah tulang hingga sesak nafas dan gemetar akibat tauma yang dialaminya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dampak jangka panjang dari KDRT ini pada korban utamanya dari  sisi emosi dan psikologis yang dapat mengakibatkan bingung, putus asa, cemas, panik dan gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder : PTSD).

Pada kenyataannya KDRT tidak hanya menimpa wanita saja namun juga menimpa laki laki. Sebagai gambaran hasil penelitian menunjukkan bahwa di Inggris persentasi laki laki yang mengalami KDRT ini mencapai 9%. Bentuk DRT yang dialami oleh laki laki menurut hasil penelitian ini meliputi penguntitan, penyerangan seksual, dan kekerasan fisik.

Persentase laki laki yang mengalami KDRT di Amerika bahkan lebih tinggi lagi yaitu mencapai angka 28%.

Seperti halnya dengan korban KDRT wanita, laki laki korban KDRT juga seringkali tidak melaporkannya dengan alasan takut,  malu dan stigma yang berlaku dimasyarakat.  Oleh sebab itu pada umumnya korban KDRT laki laki berusaha meminimalkan dampak KDRT ini dengan cara melindungi dirinya.

Rasa takut korban KDRT laki laki ini  menurut hasil penelitian disebabkan karena takut ditertawakan,  dipermalukan karena adanya keyakinan yang berkembang dimasyarakat bahwa laki laki secara fisik mampu melawan ketika KDRT terjadi dan menimpa dirinya.

Dampak buruk lainnya dari KDRT yang terjadi adalah menimbulkan ketakutan pada anak sehingga mempengaruhi fisik dan emosinya.

Pada umumnya anak anak  yang menyaksikan KDRT mengalami dampak buruk seperti mengalami susah tidur, ngompol, hambatan motorik dan kognitif, cemas, depresi, menyakiti diri sendiri dan agresi.  Dampak buruk ini pada umumnya berlanjut sampai anak tersebut tumbuh dewasa.

Mengatasi Dampak KDRT

Dampak buruk KDRT memang sangat sulit untuk diatasi untuk menghilangkannya.  Oleh sebab itu pakar psikologi menyarankan agar korban KDRT berani untuk mengungkapkan KDRT yang dialaminya.

Pengakuan ini merupakan langkah awal keluar dari pemasalahan KDRT untuk dilakukan  tindakan lanjutan  seperti misalnya mencari dukungan untuk pergi ke tempat yang lebih aman dan mencari bantuan professional  untuk mengurangi rasa sakit dan ketakutan yang dialaminya.

Lingkungan juga berperan penting  bagi pemulihan  korban KDRT ini karena lingkungan sekitar yang menghakimi korban dampat memperparah kejiwaan korban KDRT.

Bagi korban KDRT menyadari dan mengidentifikasi bahwa dirinya mengalami KDRT dan apalagi keluar dari siatuasi tersebut memang sangat sulit karena selama ini merasakan ketergantungan yang sangat tinggi pada pasangannya termasuk ketergantungan ekonomi.

Tidak hanya sampai disitu saja, biasanya walaupun korban KDRT sudah pergi dan keluar dari sutuasi ini  pelaku terus melakukan ancaman.

Oleh sebab itu,  dukungan  hukum yang memadai sangat diperkukan oleh para korban KDRT agar dapat keluar dari permasalahan dan dapat menyelesiakan permasalahan yang terjadi  dalam rumah tangganya ataupun memulai kehidupan barunya.

Perangkat hukum harus dapat melindungi korban KDRT dengan memberikan hukuman yang berat bagi pelakunya karena prilakunya berdampak besar pada korban.

Dampak KDRT  sering berlanjut sampai waktu yang lama walaupun hubungan dengan pelaku KDRT telah berakhir. Oleh sebab itu,  para penyintas KDRT memerlukan dukungan penuh untuk menyembuhkan luka psikologis yang dialaminya.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, Sepuluh, sebelas, Dua belas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun