Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

University of Melbourne Diterpa Isu Miring Rasisme Doktor Kehormatan

10 Maret 2022   08:02 Diperbarui: 10 Maret 2022   08:16 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto para penerima gelar doktor kehormatan dari University of Melboune yang menghebohkan. Photo: University of Melbourne. 

Pemberian doktor kehormatan dan bahkan professor kehormatan memang merupakan hak suatu universitas untuk mengeluarkannya dan memberikan pada seseorang yang menurut pertimbangan pantas untuk diberikan.

Gelar doktor kehormatan memang dapat diberikan kepada seseorang atas dasar kiprah dan karya nyatanya  dalam bidang ilmu tertentu yang menyebabkan dirinya dihargai dan diberi gelar doktor kehormatan, walaupun secara akademis orang tersebut tidak menempuh pendidikan S3.

Namun seringkali pemberikan gelar doktor kehormatan  ini banyak dikritik masyarakat terkait dengan kepantasan seseorang menerima gelar doktor kehormatan karena  seringkali lebih berbau politis dan tujuan tertentu dari pemberian gelar ini.

Dalam dunia akademis pemberian gelar doktor kehormatan dan juga professor kehormatan ini memang biasa  dilakukan namun biasanya sangat selektif dengan aturan tang sangat ketat.

Oleh sebab itu,  jika ada perguruan tinggi yang menghambur hamburkan gelar doktor kehormatan ataupun professor kehormatan akan mengundang kritik pedas dari para akademisi dan juga masyarakat karena dianggap merusak budaya akademis.

Rupanya gonjang ganjing pemberian doktor kehormatan ini tidak saja melanda  dunia pendidikan tinggi di Indonesia namun juga menimpa salah satu universitas kelas dunia di Australia yaitu University of Melbourne.

Minggu lalu pihak University of Melbourne mempublikasikan photo pemberian gelar doktor kehormatan yang menggambarkan ada 6 orang penerima gelar kehormatan tersebut.

Publikasi photo ini ternyata mengundang kotroversi dan juga dampak yang besar karena pertama dari segi jumlah pemberian gelar kehormatan ini dapat dikategorikan kurang wajar karena jumlahnya cukup banyak.

Kedua kontroversi dan debat di kalangan akademis terjadi karena  penerima gelar kehormatan yang diberikan oleh Melbourne university semuanya laki laki berkulit putih.

Dalam catatan selama tiga tahun terakhir ini ternyata semua gelar doktor kehormatan yang dikelurkan oleh uversity of Melbourne hanya diberikan pada orang kulit putih (baca kaukasia) saja.

Kedua kontroversi dan debat di kalangan akademis terjadi karena  penerima gelar kehormatan yang diberikan oleh Melbourne university semuanya laki laki berkulit putih.

lama tiga tahun terakhir ini ternyata semua gelar doktor kehormatan yang dikeluarkan oleh university of Melbourne hanya diberikan pada orang kulit putih (baca kaukasia) saja.

Kebijakan University of Melbourne yang lazim ini memicu reaksi salah satu penyandang dana penelitian terbesar di Australia yaitu     The Snow Medical Research Foundation yang merupakan salah satu donator dana penelitain terbesar mengambil tindakan dengan cara menghentikan pendanaan baik untuk fellowship maupun penelitian.

Bagi University of Melbourne penghentian dana ini akan berdampak sangat besar karena selama  ini universitas kelas dunia ini menerima dana dalam jumlah jutaan dollar.

Foundation ini memang berperan besar dalam menyumbang dana bagi perguruan tinggi di Australia yaitu mencapai AUD$90 juta dan sekumah AUD$24 juta diantaranya diberikan kepada Melbourne University.

Pihak Snow Medical Research Foundation menyatakan penghentian dana ini akan dilakukan sampai pihak University of Melbourne dapat menjelaskan kebijakan pemberian gelar dokor kehormatan ini dan berkomitmen  untuk memperhatikan gender dan keragaman budaya yang ada.

Foundation ini memutuskan untuk menarik sumbangan di masa depan ke universitas setelah muncul foto enam pria Kaukasia yang menerima gelar doktor kehormatan yang dilengkapi  dengan siaran pers yang merinci pencapaian mereka yang  dikirim ke media minggu lalu.

Salah satu hal yang dipermasalahkan oleh Snow Medical sebagai donator terkait dengan pemberian gelar doktor kehormatan secara eksklusif  ini hanya diberikan pada kepada laki-laki pada tahun 2020, sedangkan di tahun 2021 tidak memberikan gelar doktor kehormatan.

Di tahun 2022 ini ternyata kebijakan itu diteruskan oleh University of Melbourne karena sampai bulan ini tetap hanya laki laki yang diberikan gelar doktor kehormatan dan semuanya orang kaukasia.

Keputusan penyandang dana ini tentu saja mengundang reaksi dan penjelasan dari pihak Melbourne University.

Pihak universitas menyatakan bahwa keputusan penyandang dana ini dilakukan atas dasar satu kejadian saja dan tidak mencerminkan kebijakan University of Melbourne secara keseluruh.

Setelah penghentian donasi ni pihak University of Melbourne walaupun  tidak secara detail menyebutkan pihak universitas di masa mendatang  akan memberikan dokotr kehormatan di masa mendatang kepada tiga wanita dan seorang Aboorigin.

Pihak penyandang dana memang membuat penyataan yang cukup keras kepada University of Melbourne karena dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini doktor kehormatan hanya diberikan pada orang kaukasia saja.

Salah satu hal yang diharakan dari pemberian gelar doktor kehormatan ini adalah agar penerima menjadi duta dan inspirasi  yang luar biasa bagi masyarakat, sehingga jika hanya diberikan pada laki laki saja dan untuk ras tertentu sudah pasti tujuan ini tidak akan pernah tercapai.

Sebagai gambaran pemberian galar doktor kehormatan di University of Melboure ini diputuskan oleh komite yang terdiri dari  tokoh-tokoh paling senior universitas termasuk rektor dan wakil rektor.

Tindakan Snow Medical untuk mengentikan donasinya pada University of Melbourne memang memberikan sinyal   kuat bagi pendidikan tinggi dan lembaga lainnya agar dapat menjunjung tinggi prinsip equal gender dan equal opportunity.

Kejadian ini memang membuat semua pihak harus memperbaiki diri agar  kejadian ini tidak berulang dan menjadi budaya di masa mendatang.

Apa yang terjadi di Australia ini tentunya dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia yang beberapa diantaranya gemar menghamburkan gelar doktor kehormatan bahkan professor kehormatan.

Ada baiknya memang ada pihak lain yang paling tidak dapat memberikan teguran kepada perguruan tinggi yang gemar menghamburkan gelar kehormatan agar marwah gelar kehormatan ini tetap tejaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun