Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Buram Pendidikan Indonesia

4 Desember 2019   07:27 Diperbarui: 18 Desember 2019   18:23 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu tingkat kedisplinan  siswa Indonesia dan juga kerjasama antar siswa mendapat skor baik.

Potret Buram

Hasil asesmen PISA yang dilakukan setiap tahun ini memang cukup menyakitkan bagi Indonesia sekaligus menjadi potret daya saing  siswa kita dibandingkan dengan siswa seusianya di negara lain.  Hasil yang tidak menggembirakan ini  sekaligus juga merupakan  cerminan kondisi dan kualitas pembelajaran di  sekolah, temasuk di dalamnya  komponen kurikulum dan guru yang tentunya harus segera diperbaiki.

Potret buram pendidikan Indonesia ini juga tercermin dari hasil asesmen PISA  dalam kurun 8 tahun terakhir mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2018.

Dalam kurun waktu tersebut skor kemampuan membaca siswa Indonesia di tahun 2000 yang mencapai 371 sempat naik menjadi 402 di tahun  2009 namun di setelah periode tersebut mengalami penurunan sampai tahun 2018 (skor 371).

Dalam hal matematika kemampuan matematika siswa Indonesia memang sedikit mengalami kenaikan mulai tahun 2003 (skor 360) dan meningkat di tahun 2018 (skor 379).

Demikian juga dalam hal sain dan inovasi  kemampuan siswa Indonesia mengalami sedikt  peningkatan mulai tahun 2006 (skor 393) meningkat sedikit di tahun 2018 (skor 396).

Sudah menjadi rahasia umum bongkar pasang kurikulum terjadi di Indonesia, namun ternyata hal ini tetap tidak dapat mendongkak daya saing siswa Indonesia di tingkat internasional.  Terdapat indikasi kuat komponen muatan lokal cukup banyak yang tentunya berperan dalam mengurangi daya siswa Indonesia.

Seringkali perancang kurikulum terjebak pada fenomena dimana perancang kurikulum mengetahui sepenuhnya kebutuhan siswa sehingga apapun yang dipikir perlu untuk siswa diakomodasi dalam kurikulum. 

Di lain pihak para perancang kurikulum jarang sekali melihat dan berada di pihak siswa sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan siswa. Ibarat seorang tukang jahit yang merancang dan  membuat pakaian siswa tanpa menayakan kebutuhan dan selera siswa dalam berpakaian.

Situasi nasional saat ini juga turut berperan dalam menambah beban siswa seperti misalnya diperlukannya diajarkan etika, toleransi bahkan pengetahuan korupsi dll nya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun