Mohon tunggu...
Ani Mariani
Ani Mariani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Middle Eastern Studies | International Relation Analysis | Political, Economic, Religion, Social, Religion, Feminism Enthusiast | Research | Writer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potret Timur Tengah dalam Arus Globalisasi

2 April 2024   10:00 Diperbarui: 2 April 2024   10:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Andrew Stutesman on Unsplash

Ada sejumlah pemikiran ketika mendengar kata Timur Tengah. Beberapa orang mengatakan bahwa Timur Tengah merupakan pusat peradaban dan sejarah, ada pula yang mengatakan wilayah ini merupakan pusat kekayaan minyak dunia. Dan tidak sedikit yang mengatakan bahwa Timur Tengah merupakan wilayah konflik di mana konflik Timur Tengah yang terjadi saat ini sangatlah kompleks dan sulit diselesaikan.

Konflik Timur Tengah yang terjadi saat ini bersifat luas dan beragam. Seolah dua mata pisau, di mana realisme dan idealisme dalam hubungan internasional memancarkan eksistensi nya dalam potret Timur Tengah. Konflik dan damai silih berganti.

Realisme menggambarkan bahwa manusia dan dunia internasional penuh akan konflik. Bahwa segala ambisi dan penyelesaian masalah hanya bisa diselesaikan melalui jalan perang atau konflik.

Sejarah membuktikan hal ini, bahkan hingga saat ini. Setiap hari kita melihat di televisi yang memberitakan konflik Israel dengan Palestina semakin memprihatinkan. Kita juga menyaksikan banyak video yang di-share melalui sosial media kita terkait kondisi mencengangkan di tengah-tengah konflik berdarah tersebut.

Sejarah lainnya membuktikan, seperti Konflik di Suriah yang diawali oleh perang saudara internal antara pemerintah dengan sejumlah kekuatan oposisi yang berbeda. Namun, konflik Suriah berkembang menjadi perang proxy yang melibatkan banyak akor eksternal, termasuk Iran, Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, Amerika Serikat, Eropa, Turki dan Rusia. Sedangkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dapat di kategorikan sebagai aktor internal dan eksternal karena wilayah kendali nya mencakup Suriah dan Irak.

Konflik lainnya, yaitu konflik Arab Saudi dan Sudan atas pengelolaan sumber-sumber alam yang terkandung di Laut Merah. Konflik Mesir, Sudan, Uganda yang memperebutkan debit keuntungan sungai Nil. Lalu, konflik berkepanjangan antara Pemerintah Irak dan Suku Kurdi yang menginginkan kemerdekaan dan mendapat dukungan dari AS untuk merdeka. Konflik perebutan antara Irak dan Iran atas kepemilikan Shattal-Arab.

Juga ada konflik Kuwait dengan Irak, Libya dan Tunisia dan konflik Turki dengan Yunani di Laut Aegean seputar keberadaan pulau-pulau dilandaskontinen yang masing-masing di klaim oleh kedua negara.

Perkembangan politik dan pertumbuhan ekonomi dunia menyebabkan wilayah Timur Tengah rentan akan konflik. Utamanya, disebabkan oleh perebutan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, minyak, air, dan laut. Kemudian, kesadaran akan semakin berkurangnya cadangan minyak, membuat para elit harus bergerak lebih cepat. Arus globalisasi mewadahi hal ini.

Globalisasi telah memengaruhi Timur Tengah khususnya di bidang politik sejak tiga dekade lalu. Runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya perang dingin serat proklamasi tatanan dunia baru oleh Georg HW Bush memperkuat globalisasi di Timur Tengah. Model politik yang dibawa oleh globalisasi ke Timur Tengah adalah demokrasi gaya Amerika dan barat yang berakar pada liberalisme politik dan modernisasi.

Liberalisasi dan modernisasi di Arab Saudi di sektor politik yang mencakup berbagai kebijakan, sektor ekonomi dan budaya. Dalam 6 tahun Arab Saudi banyak berubah. Mulai beroperasi nya bioskop dan berbagai konser di Saudi menandakan arus globalisasi terus masuk dan memengaruhi berbagai sektor di negara-negara di wilayah Timur Tengah.

Globalisasi juga membuat gerakan feminisme semakin berkembang dan mempunyai wadah untuk berekspresi. Sudah banyak perempuan yang lebih di apresiasi di bidang politik, pendidikan dan pekerjaan. Di Arab, perempuan dipebolehkan menduduki suatu jabatan pemerintahan, pendidikan mereka tidak dibatasi lagi, bahkan cenderung bisa bergerak dengan lebih bebas. Perempuan boleh bepergian tanpa harus didampingi oleh kerabat laki-laki, mendatangi konser dan menonton bioskop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun