Mohon tunggu...
Riwisna Putunanga
Riwisna Putunanga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Sains Psikologi Kesehatan, Universitas Padjadjaran

currently diving and growing into health/medical psychology. Salam Sehat!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

How To Deal With Quarter Life Crisis?

15 Desember 2022   19:33 Diperbarui: 16 Desember 2022   15:41 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa inilah sering kali muncul fase yang disebut dengan quarter-life crisis. Quarter-life crisis muncul ketika individu dihadapkan pada kenyataan bahwa hidup tidak seperti yang dipikirkan. Ini adalah emotional crisis of identity dan self-confidence.

Individu dihadapkan pada perasaan bahwa mungkin ia tidak jujur pada dirinya sendiri yang sebenarnya, tetapi ia juga tidak yakin tentang siapa ia seharusnya. Rossi dan Mebert (2011) juga mendefinisikan quarter-life crisis sebagai krisis identitas yang membuat lulusan perguruan tinggi tertekan, terjebak dalam lingkungan pekerjaan yang membuat cemas, dan penuh keraguan.

Pada umumnya, individu yang sedang merasakan quarter-life crisis seringkali membandingkan dirinya dengan pencapaian individu lain yang seusianya. Merasa dirinya tertinggal bila dibandingkan dengan orang di sekelilingnya. Hal tersebut lah yang dapat membuat individu semakin tidak percaya diri mengenai dirinya dan juga muncul keraguannya mengenai masa depan. 

Sedangkan quarter-life crisis adalah hal yang umum terjadi dan banyak individu lain yang pernah mengalaminya.
Jika merasa sedang mengalami fase ini, jangan panik. Meskipun mungkin akan merasa stress dan lelah, namun sebenarnya fase ini dapat dimanfaatkan untuk evaluasi diri dan mulai membuat pilihan yang lebih baik untuk ke depannya.


How not to lose to quarter life crisis?
1. Learning new skill -- memulai hal baru dari aktivitas sehari-hari dan menghabiskan waktu untuk mempelajari keterampilan baru. Mencari hobi baru yang memunculkan emosi positif.
2. Journaling -- menuliskan hal-hal kecil yang telah dicapai, hal ini akan membuat diri menjadi lebih percaya diri.
3. Stay connected! -- terkadang hal ini membuat diri untuk menjauh dari komunitas sosial, namun sebenarnya komunitas sosial lah yang dapat membantu diri lebih bersemangat agar tidak merasa stuck dan tidak sendirian. However, we still need social support!
4.Meditasi membantu diri untuk lebih menenangkan pikiran, ketika pikiran tenang maka diri akan berpikir lebih jernih dan akan membantu diri saat mengambil suatu keputusan.
5.Jangan terburu-buru, life is not a race.

Rerefences:

Illustration by Behance - Pinterest

1.Agarwal S, Guntuku SC, Robinson OC, Dunn A and Ungar LH (2020) Examining the Phenomenon of Quarter-Life Crisis Through Artificial Intelligence and the Language of Twitter. Front. Psychol. 11:341. doi: 10.3389/fpsyg.2020.00341
2.Rossi, Nicole E., & Mebert, Carolyn J. Does a Quarterlife Crisis Exist?. Journal of Genetic Psychology. 2011; Vol. 172(2), Page 141-161.
3.Santrock, John W., (2011). Life Span Development 13th edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
4.Robinson, O.C. (2019). A Longitudinal Mixed-methods Case Study of Quarter-life Crisis During The Post University Transition: Locked-out and Locked-in Forms in Combination. Journal of Emerging Adulthood. Vol. 7, Issue. 3. https://doi.org/10.1177/2167696818764144

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun