Saat ini ditahun 2021 masih maraknya penyakit Covid-19. Sudah hampir 1 tahun lebih penyakit Covid-19 tidak kunjung mereda. Namun kegiatan belajar mengajar ditahun 2021 ini masih dilakukan secara daring(online). Menghadapi situasi saat pandemi ini pun tidaklah mudah. Berbagai aktivitas di luar rumah menjadi terbatas karena pandemi Covid-19 ini yang tidak kunjung mereda 1 tahun belakang ini. Orang-orang pun jadi merasa bosan karna kalau ingin beraktivitas di luar rumah pun terlalu dibatasi. Dan kini pun jika ingin beraktifitas di luar rumah wajib membawa hand sanitizer dan masker.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaa mengeluarkan surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksaan kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 sebagai akibat dari pembelajaran dilakukan secara online sejak maret 2020. Hal ini disebabkan oleh Covid-19 yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan di negara manapun. Pembelajaran mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi pun dilakukan secara online. Adanya sistem daring ini diterapkan agar tidak ada kerumunan dalam jumlah besar saat pembelajaran. Tentu saja dalam sistem online ini kita menjadi lebih aman dan masih dapat melakukan pembelajaran dengan aman.
Perkuliahan secara daring ini juga tentu menjadi permasalahan kepada mahasiswa yang biasanya dikasih tugas oleh dosen di lapangan dikerjakaan secara tatap muka atau luring. Dimasa pandemi ini kini harus diwajibkan dilakukan secara daring. Tentu tidak mudah juga sistem daring ini disaat masa-masa pandemi Covid-19.
Namun dikampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyediakan aplikasi berupa MyKlass untuk pembelajaran kuliah daring. Aplikasi ini real 100% dibuat oleh UMY untuk mempermudah mahasiswa/dosen UMY melakukan aktifitas pembelajaran maupun dosen untuk kasih tugas kemahasiswanya. Di aplikasi tersebut mahasiswa dapat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh dosen dengan mudah. Dosen pun bisa memberikan materi-materi berupa video/voice di dalam aplikasi tersebut. Bahkan sudah menyediakan platform untuk pembelajaran secara daring.Tentu teknologi saat ini sangat membantu disaat masa pandemi ini.
Ada 4 etika bagi seorang mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan secara daring sangat penting diperhatikan. 4 hal yang perlu diperhatikan ketika kuliah daring.
Hal pertama yang dilakukan mahasiswa saat kuliah daring menyalakan kamera saat pembelajaran berlangsung sangat penting untuk menghargai dosen yang sedang memberi materi.
Kedua, mahasiswa mendengarkan dosen saat memberikan materi dengan focus. Karena sistem kuliah daring ini mahasiswa dapat melakukan aktivitas apa saja seperti main game, makan, minum bahkan ada yang ke toilet ada yang sambil bermain dengan adiknya tanpa sepengetahuan dosen. Seperti tidak menghargai dosen saat memberi materi.
Ketiga, mahasiswa pada saat memasuki ruangan daring harus tepat waktu. Terkadang kebiasaan mahasiswa pada saat kuliah luring atau tatap muka ternyata masih terbawa saat kuliah daring. Hal ini walaupun kuliah saat ini dilakukan secara daring mahasiwa harus tetap disiplin dengan waktu.
Keempat, disaat pembelajaran sudah dimulai mahasiswa harus menonaktifkan mikrofon. Terkadang ada mahasiswa yang lupa mematikan mikrofon disaat pembelajaran berlangsung. Guna mematikan mikrofon ini untuk meminimalisir gangguan suara yang masuk dan menganggu dosen yang lagi memberikan materi. Bukan hanya dosen saja yang bisa mendengarkan suara yang masuk, namun teman-teman yang mengikuti pembelajaran pun juga bisa mendengarkan jadi bisa menganggu. Namun bukan berarti mahasiswa tidak dapat menghidupkan mikrofonya, boleh-boleh saja menghidupkan mikrofon saat pembelajaran saat mahasiswa ingin bertanya atau menjawab pertanyaan dari dosen.
Dalam 4 hal etika tersebut sangat penting diperhatikan kepada mahasiwa disaat pembelajaran kuliah daring berlangsung. Dari etika tersebut mahasiswa harus tetap disiplin walaupun tidak tatap muka secara langsung namun ada etika juga disaat kita perkuliahan daring. Etika kuliah daring tidak hanya 4 itu saja, masih ada juga etika dengan sudut pandang teleologi maupun deontologi yang masing-masing etika yang berbeda.
Ditulis oleh Roza Anggara, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
