Beliau terkenal karena keberaniannya dalam mengkritik keadaan sekitar yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Kritik-kritik tersebut dituangkan ke dalam karya-karyanya antara lain: "The Critique of Religious Thought″ (1969), Self-Criticism after the Defeat ″ (1968), ″The Critique of Religious Thought ″, "Ment The Mentality of Proscription″, dan ″Beyond the Mentality of Proscription″ ( 1990-an).
Mengapa Sadiq Jalal Al-Azm Layak Dijadikan Contoh?
Disini saya akan mengajak kalian untuk meneladani sikap keberanian dari beliau dalam menyuarakan pendapatnya yang bisa dijadikan contoh teladan bagi kita semua.
Apa saja sih poin yang bisa diteladani dari beliau? Simak penjelasan berikut ini.
1. Menjadi Suara Terdepan
Publikasi Sadiq al-Azm yang paling terkenal yang masih populer hingga saat ini adalah ″The Critique of Religious Thought″ (1969). Secara umum, dapat dikatakan bahwa Sadiq Jalal al-Azm telah memberikan pengaruh selama lima puluh tahun terakhir sebagai seorang intelektual yang siap untuk berbicara tentang urusan publik.
Selama seluruh periode ini, ucapannya telah dicirikan oleh gaya yang jernih dan ekspresi yang jelas yang membedakannya dari teman-teman dan orang-orang sezamannya. Ia juga dikenal karena terus-menerus mengangkat isu-isu kontroversial, terutama dalam bukunya ″Self-Criticism after the Defeat″ (1968), ″The Critique of Religious Thought″, "Ment The Mentality of Proscription″, dan ″Beyond the Mentality of Proscription″ (1990-an). Dia juga sangat aktif dalam debat tentang Suriah; banyak dari intervensinya dianggap kontroversial, reaksinya sering berupa ejekan dan tuduhan. Meskipun begitu, beliau tidak gentar dan terus menyuarakan pendapatnya.
2. Pikiran Selalu Bisa Diperdebatkan
Salah satu klaim Sadiq Al-Azm adalah bahwa setiap tindakan pemikiran dapat diperdebatkan. Yang tidak diragukan lagi adalah pendapat yang tidak akan disetujui banyak orang, tetapi harus dikatakan bahwa dia selalu mengartikulasikan sudut pandangnya, kritis, kontroversial atau sebaliknya, dengan kejelasan yang membuat iri.
3. Tidak Ada Pengikut dan Tidak Ada Kultus Kepribadian
Banyak orang-orang hebat atau bisa dibilang influencer seperti beliau memiliki pengikut dalam jumlah yang lumayan banyak bahkan menciptakan alirannya sendiri. Namun tidak dengan Sadiq Jalal Al-Azm. Dia sendiri mengatakan dia lebih memilih rekan kerja, lawan, rekan kerja, kritikus dan teman daripada partisan, pengikut, pengikut, peniru dan pengagum. Oleh karena itu sulit untuk mengklaim bahwa ada gerakan ″Sadiqi″ atau aliran pemikiran ″Sadiqi″.