Trump sendiri bukan tanpa kepentingan. Dalam negeri, ia menghadapi tekanan untuk menunjukkan hasil nyata di bidang luar negeri menjelang pemilu paruh waktu AS 2026. Di luar negeri, ia ingin membuktikan bahwa kebijakan "America First" tidak berarti menarik diri dari dunia, melainkan memimpin dari depan dengan gaya khasnya: keras namun efektif.
---
4. Indonesia di Panggung Diplomasi
Di tengah poros kekuatan besar itu, kehadiran Presiden Prabowo Subianto di Mesir memiliki arti simbolik dan strategis.
Indonesia bukan kekuatan militer di kawasan, tetapi memiliki posisi moral yang kuat di mata dunia Islam. Prabowo menegaskan dalam pidatonya bahwa "tidak akan ada perdamaian sejati tanpa keadilan bagi rakyat Palestina."
Sikap ini memperkuat citra Indonesia sebagai jembatan diplomasi antara Barat dan Timur Tengah. Menurut TVRI World, Prabowo juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Mesir dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, membahas mekanisme bantuan kemanusiaan dan kemungkinan pengiriman pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera PBB.
Kehadiran Indonesia memberi warna tersendiri---menunjukkan bahwa diplomasi tidak selalu harus berbasis kekuatan militer, tetapi juga pada integritas moral dan komitmen kemanusiaan.
---
5. Prospek Damai: Realistis atau Ilusi?
Pertanyaan besar yang muncul setelah KTT Mesir adalah: apakah perdamaian kali ini bisa bertahan?
Secara politik, Israel dan Hamas belum menandatangani perjanjian resmi. Hamas masih bersikap hati-hati, sementara pemerintah Israel yang baru di bawah koalisi konservatif menolak memberikan kedaulatan penuh pada Palestina.