Namun, menurut laporan Al Jazeera (13 Oktober 2025), kesepakatan untuk menunda operasi militer selama 90 hari telah disetujui kedua pihak sebagai langkah awal.
Tiga faktor akan menentukan apakah perdamaian ini bisa berumur panjang:
1. Komitmen politik kedua pihak.
Jika Hamas bersedia melepas sebagian kontrol militernya dan Israel bersedia membuka blokade ekonomi, peluang gencatan permanen akan meningkat.
2. Konsistensi Amerika Serikat.
Trump memiliki otoritas penuh untuk menekan kedua pihak, tetapi keberhasilan diplomasi memerlukan kesinambungan di dalam sistem AS---terutama dukungan Kongres dan militer.
3. Peran negara Arab.
Dukungan finansial dari Arab Saudi dan UEA bisa mempercepat rekonstruksi Gaza, tetapi tanpa kesepakatan politik, semua itu hanya akan menjadi proyek ekonomi tanpa jiwa.
---
6. Pelajaran dari Masa Lalu
Sejarah perdamaian Timur Tengah penuh dengan harapan yang patah di tengah jalan. Dari Camp David Accords (1978) hingga Oslo Agreement (1993), semua dimulai dengan optimisme dan berakhir dengan peluru.
Trump kini mencoba menulis ulang sejarah itu dengan cara yang berbeda: menggabungkan diplomasi ekonomi, tekanan militer, dan dukungan negara-negara Teluk. Namun sejarah juga mengajarkan bahwa perdamaian sejati tidak bisa dibeli, tidak bisa diimpor, dan tidak bisa dipaksa dari luar.
Seperti dikatakan Profesor Lina Khatib dari Chatham House, "Setiap perdamaian yang tidak berakar pada keadilan hanya menunda kekerasan berikutnya."
---