Mungkin keabadian sejati bukanlah tubuh yang tak mati, melainkan warisan gagasan, nilai, dan kebaikan yang kita tinggalkan.
Penutup
Teknologi memang membuka peluang baru yang sebelumnya hanya ada dalam imajinasi. Tetapi apakah "kematian" benar-benar bisa dihapus, atau hanya ditunda, masih menjadi pertanyaan terbuka.
Yang pasti, keabadian biologis---jika pun mungkin---akan membawa konsekuensi sosial, etis, dan filosofis yang jauh lebih besar daripada sekadar persoalan ilmiah.
Mungkin, tugas kita bukanlah menolak kematian, melainkan menemukan cara agar hidup, meski singkat, tetap berarti.
Referensi
*Berger, T. W., et al. (2011). A cortical neural prosthesis for restoring and enhancing memory. Journal of Neural Engineering.
*Tel Aviv University (2019). Researchers print 3D heart using patient's own cells.
*Nicolelis, M. A. (2011). Beyond Boundaries: The New Neuroscience of Connecting Brains with Machines---and How It Will Change Our Lives.
*Kurzweil, R. (2005). The Singularity Is Near. Penguin Books.
*MIT Technology Review (2023). The race for longevity biotech.
Disclaimer
Tulisan ini bersifat opini berbasis literatur populer dan hasil penelitian yang sedang berkembang. Informasi tidak dimaksudkan sebagai nasihat medis atau prediksi pasti. Teknologi yang dibahas sebagian masih berupa riset awal dan belum teruji secara klinis pada manusia.
Tagar
#Teknologi #Keabadian #Kematian #Bioteknologi #Futurisme #Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI