Apakah Kematian Bisa Ditiadakan? Antara Fantasi Keabadian dan Realitas Teknologi
Sejak zaman kuno, manusia selalu memimpikan keabadian. Kisah-kisah epik Yunani, mitos pencarian "air kehidupan", hingga legenda tentang Kaisar Tiongkok yang mencari ramuan abadi, semuanya berakar pada satu hasrat purba: menolak kematian. Namun, yang dahulu hanya berupa dongeng, kini mulai disentuh oleh sains modern.
Para futuris dan ilmuwan berani menyatakan bahwa dalam kurun 40 hingga 100 tahun mendatang, kematian mungkin tidak lagi menjadi kepastian. Klaim yang terdengar seperti fiksi ilmiah ini didasarkan pada kemajuan bioteknologi, kecerdasan buatan, rekayasa genetika, dan antarmuka otak-komputer.
Pertanyaannya: apakah benar manusia bisa menghapus kematian, atau ini hanyalah mimpi yang terlalu jauh?
Android Bodies -- Hidup di Luar Biologi
Bayangkan kesadaran Anda tidak lagi terikat pada tubuh biologis yang rapuh. Ide ini, yang sering muncul dalam film fiksi ilmiah, ternyata sedang diteliti serius.
Ilmuwan seperti Dr. Theodore Berger (University of Southern California) mengembangkan prostetik saraf yang meniru fungsi memori. Sementara itu, riset Miguel Nicolelis (Duke University) berhasil membuat pasien lumpuh menggerakkan eksoskeleton hanya dengan sinyal otak.
Futuris Dr. Ian Pearson bahkan memprediksi bahwa pada pertengahan abad ini, pikiran manusia dapat "diunggah" ke platform digital untuk kemudian mengendalikan tubuh android. Perusahaan seperti Hanson Robotics, yang menciptakan robot humanoid Sophia, menjadi fondasi awal dari mimpi itu.
Namun, pertanyaan fundamental muncul: jika kesadaran bisa dipindahkan ke android, apakah itu masih "Anda" atau hanya salinan digital tanpa jiwa?
3D-Printed Organs -- Membangun Tubuh dari Nol
Salah satu hambatan terbesar dalam memperpanjang usia adalah kerusakan organ vital. Namun, bioprinting membuka jalan baru.