Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Senandung di Haribaan Candi Klero

25 Agustus 2021   09:57 Diperbarui: 25 Agustus 2021   10:07 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Siang ini saya telah duduk disatu sudut areal candi Klero. Sebuah kursi taman menerima pasrah beban tubuhku. Hanya dia. Beberapa kursi lain-yang tersebar dibeberapa titik- kosong. 

Ketika saya datang, ternyata telah ada empat orang bersila direrumputan dibawah rimbun pepohonan. Penempatan posisi yang tepat. Karena sengatan matahari yang begitu ganas tidak mampu menjangkau mereka. Entah apa yang didiskusikan. Sepertinya asik.


Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Tempat ini representatif buat melepas penat, menangguk kenyamanan, menghirup kontemplasi. Beberapa warga sekitar menggunakan  sebagai ruang publik. Biasanya mereka bercengkrama di sore hari. Seperti yang saya lakukan. Walaupun masa PPKM belum usai(levelnya diturunkan) dan terus diperpanjang, tidak menyurutkan  saya bersilaturahmi. 

Jarak 45 km dari rumah bukan suatu halangan. Hiburan semesta saya dapatkan berupa untaian senandung nada yang tercipta dari decit burung, gesekan dedaunan, teriakan seseorang dari jauh, raungan angin yang menderu tiada henti.

Kondisi candi Klero sebelum dipugar(gambar milik cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Kondisi candi Klero sebelum dipugar(gambar milik cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

Menyusuri areal candi tidak butuh waktu lama. Karena tidak begitu luas, hanya berukuran 14 meter kali 14 meter dikelilingi pagar permanen  diantara kebun penduduk juga pekuburan. Karena struktur candi lebih rendah dari tanah sekitar jadi kesan menurun(cekung) terasa, hanya satu meter. 

Bangunan batu andesit ini begitu kecil begitu sendiri. Pada bagian teras hanya berukuran 4 meter kali 6 meter dengan tinggi dari tanah 1,4 meter. Kalau kita naik kearahnya, tampak tangga batu polos tanpa ada hiasan makara atau sulur. Tergesa-gesa ketika membuatnya? Sehingga tidak diukir. Terlihat beberapa batu menonjol beberapa senti mengelilingi teras. 

Diidentifikasi adalah umpak. Umpak merupakan batu penyangga tiang kayu pada rumah. Arkeolog mengatakan, candi Klero merupakan tempat pemujaan penganut agama Hindu, karena adanya yoni pada bilik candi, cuma tanpa lingga. Yoni merupakan simbol kesuburan. Dibagian cerat terdapat ornamen ular menyunggi kura-kura. Apakah ini ada maksudnya? Pada setiap dindingnya terdapat relung.


Tulisan Jawa kuno didinding teras(Dokumen pribadi)
Tulisan Jawa kuno didinding teras(Dokumen pribadi)
Bila pandangan mata diarahkan ke bagian atap candi, terlihat jelas bahwa atap pertama berbentuk limasan. Yang kedua dengan ukuran lebih kecil tepi atapnya terdapat hiasan antefiks atau simbar. Antefiks dalam ilmu kepurbakalaan dapat memberikan informasi mengenai teknologi dan kebudayaan masyarakat pembuatnya. 

Sebagai atap ketiga berupa puncak dengan ratna. Atap merupakan simbol dunia atas atau swargaloka. Dibagian samping dinding teras-letaknya pas dipintu masuk-terdapat tulisan dengan aksara jawa kuno(kawi). Saya tidak tahu apa bunyi pahatan itu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sebagai tempat pemujaan, candi Klero didirikan menghadap ke arah matahari terbit(timur), didaerah yang subur,  sebagai sarana ucap syukur pada sang pencipta atas hasil sawah atau ladang yang berlimpah ruah. Ada dugaan, candi Klero dibangun semasa kerajaan Mataram kuno sekitar abad 8-10 masehi. Tapi kebenarannya perlu dibuktikan lagi.

Tangga batu nirmakara(Dokumen pribadi)
Tangga batu nirmakara(Dokumen pribadi)
Secara administratif, situs ini berada di dusun Ngentak lor, desa Klero, kecamatan Tengaran kabupaten Semarang. Penamaan candi Klero dikarenakan letaknya di desa Klero. Hal yang umum serta menjadi kebiasaan. Masyarakat sekitar juga menyebutnya candi Tengaran. 

Struktur bangunannya terdiri dari bagian kaki, tubuh dan atap. Ketika ditemukan kembali pada tahun 1995, kondisinya runtuh. BPCB(Balai Pelestarian Cagar Budaya) berhasil melakukan pemugaran hingga posisinya tegak berdiri. Beberapa sisa bongkahan batu  ditempatkan sedemikian rupa di areal. Ada berbentuk lumpang dan alu didekat pintu masuk.


Gerbang masuk candi Klero(Dokumen pribadi)
Gerbang masuk candi Klero(Dokumen pribadi)
Saya berandai-andai. Bagaimana reaksi pembuatnya jika tahu posisi bangunan pemujaan sekarang tak jauh dari jalan raya Solo-Semarang. Iya, kurang lebih setengah kilometer dari ujung jalan dusun. Ketika dibangun, kondisi tempat tersebut bukan seperti sekarang. Saya duga daerah ini dulunya hutan belantara. 

Desa kecil kemungkinan terletak tidak jauh dari situs dengan dikelilingi ladang bahkan mungkin persawahan. Secara geografis, lokasi ini dilereng Gunung Merbabu. Makanya si gunung akan terlihat dekat dan jelas bila cuaca cerah. Pun jarak dari Patirtaan Cabean Kunti hanya 13 km.

Kondisi jalan arah candi Klero (Dokumen pribadi)
Kondisi jalan arah candi Klero (Dokumen pribadi)
Minimnya informasi menjadikan candi Klero masih diselimuti misteri. Banyak pertanyaan muncul. Kapan dibangun? Oleh siapa? Berapa tahun jadinya? Siapa pencetusnya? Apakah dikerjakan secara gotongroyong atau sewa pekerja?[]

Catatan kecil:

* Ketika menginjakkan kaki disana, pos penjaga terbuka tapi kosong. Ada deretan motor terparkir didepan. Saya berasumsi, apakah empat orang yang duduk santai diareal candi, satu diantaranya petugasnya? Ketika keliling saya berikan salam dalam bentuk anggukan kepala. Dan direspon baik. Berarti dia petugas jaganya.

* Tidak ada tiket masuk(gratis)

* Parkir lumayan luas buat motor

* Bawa bekal sendiri. Terutama air minum. Kalau beli ada warung diujung jalan masuk

* Silahkan dikunjungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun