Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lelucon Etimologi Politik Dinasti Jokowi dan Kebingungan Gibran

25 Juli 2020   11:04 Diperbarui: 25 Juli 2020   16:40 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog Imajiner Antar Sosok -- Ivan Sagito  - Sumber Foto: lukisanku.id

B: "Nah ini lagi, saya sarankan belajar bahasa dan sejarah yang bener. Coba cek kata dinasti itu muncul dalam konteks apa? Era feudal dan monarki imperial bukan? Asal mula arti kata dinasti itu kan mampu atau orang yang menguasai dan memiliki satu wilayah tertentu, kemudian menjadi turun temurun membentuk wangsa, klan, dll. Memangnya saya memiliki satu kawasan seluas negara? Saya ini bukan raja yang duduk di tahta, dan negara ini bukan kerajaan. Jadi di mana konteks dinastinya? Sekali lagi, saya  ini orang yang taat etimologi, paham ndak sampeyan?"

A: "Di luaran orang tetap menganggap ini nepotisme dan politik dinasti Pak?"

B: "Ya biarin saja. Lha wong saya ini tertib etimologi."

A: "Tapi kan ada perkembangan makna  dalam bahasa seiring perjalanan waktu Pak?"

B: "Ya biarin saja, saya ini konservatif dalam soal etimologi kok, mosok ndak boleh heh heh heh.

Gibran Rakabuming Raka dipastikan maju Pilkada Solo 2020 - Sumber Foto: solopos.com
Gibran Rakabuming Raka dipastikan maju Pilkada Solo 2020 - Sumber Foto: solopos.com
Nah, bagaimana menurut Anda? Menurut saya sih dialog imajiner ini sangat menarik dan kritis untuk membedah satu sisi permasalahan yang terjadi. Dimana jika mengacu pada dialog imajiner Djatmiko Tanuwidjojo ini, maka apa yang dipikirkan Jokowi adalah benar-benar saja.Repotnya kebenaran tersebut boleh jadi hanya untuk dirinya sendiri atau untuk golongan yang mendukungnya semata. Sementara itu pendapat-pendapat yang berlawanan banyak mengambil dari sudut pandang etik, psikologis, humaniora, sosial dan lain sebagainya.

Karena banyaknya pendapat yang berbeda inilah maka kita bisa memaklumi ketika dalam sebuah webinar, Gibran mengaku bingung atas tuduhan politik dinasti yang ditimpakan kepada bapaknya karena pencalonan dirinya.

Sekali lagi Gibran menegaskan apa yang pernah dipaparkan Jokowi bahwa ajang Pilwalkot Solo benar-benar merupakan sebuah ajang kontestasi, bukan penunjukan langsung.  

"Saya kan ikut kontestasi bisa menang, bisa kalah, tidak harus diwajibkan memilih saya. Bisa dipilih, bisa tidak, bisa dicoblos, bisa tidak," ujar Gibran meyakinkan.

"Jadi tidak ada kewajiban untuk mencoblos saya, ini kan kontestasi, bukan penunjukan. Jadi, kalau yang namanya dinasti politik, di mana dinasti politiknya. Saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu," tambahnya dalam webinar bertajuk Calon Kepala Daerah Muda Bicara Politik Dedikasi, Motivasi, hingga politik dinasti, yang digelar PDIP Jumat (24/7) kemarin.

Gibran mengaku bingung di bagian mana yang disebut politik dinasti atas pencalonan dirinya tersebut. Ia menyakini bahwa isu politik dinasti itu hanya dihembuskan oleh lawan politik yang tidak menginginkan dirinya menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun