" Mahamerupun Setuju, Ku Gantungkan Celana Gunungku Bersama Fotomu"
Hei, Dab ...
Selamat Pagi!
Setiap pagi senyumku selalu menyapamu. Foto yang menggantung di dinding itu, seolah memperhatikanku. Senyummu di balik savana Cikasur yang berkabut itu selalu membuat pagi ku semakin cerah ceria.
Hampir dua semester berlalu, kamu sekarang sedang menempati dinding tengah kamar kos ku. Aku  ini lebih suka tantangan, tidak mau mendapatkan yg mudah - mudah tanpa berkorban. Bukan karena berakit -- rakit ke hulu tetapi percaya bahwa easy come, easy go. Sedikit trauma masih terngiang Cinta pertamaku, masih kupendam sedikit dendam tanpa dia tau bagaimana perasaan ku.
Akhirnya aku mengikuti proses keanggotaan Mapala mu itu. Di kaki Lawu kami resmi menjadi anggota muda. Waktu berlalu begitu cepat saatnya kami harus menjadi anggota tetap. Saat itu pilihan nya adalah puncak Mahameru. Aku masih Muda dan begitu sombong, karena sebelumnya sudah melalui 3 pendakianku sebelumnya ke Mahameru. Cenderung masih semaunya, meskipun karierku besar dan isinya safety. Aku masih ingin kelihatan "jagoan" bertekad bersandal jepit saja menapaki Semeru.
Sandal Jepit yang memilukan ... ( Ohh ternyata ...)
Moodmu memang sudah kelihatan lain sejak di Belimbing Terminal Malang. Aku sempat ngeluyur ngak jelas, yang membuat mu kuatir, membuat mu menunggu mengiraku kesasar kemana. Sampai pada akhirnya pos Ranupani kita bersiap hiking. Semua perlengkapan di check, Upacara kecil dan berdoa.
Setelah beberapa saat berlalu kamu datang padaku. Dyarrrr ...berdegup kencang jantung ku saat itu.
"Mana Sepatu Gunung mu? " Aku biasa pake sandal jepit saja kok." Kamu ini semaunya sendiri, aku tidak suka kamu seperti ini. Kamu ngomel bla bla bla ....kata - katamu menyakitkan telingaku.