Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Liu

21 September 2013   04:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:36 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Rambut manusia boleh sama hitam. Tapi pikiran, siapa yang tahu?"

"Ha ha ha..." Yang Liu tertawa dengan renyah. Tampak lesung pipit di pipi kirinya seperti keberadaan venus yang berkilauan menjelang pagi hari. Usai menyeruput es kelapa, sejenak Yang Liu, melanjutkan ucapannya.

"Terus terang, sejak lahir aku seperti dinaungi bintang kematian. Tiada seorang pun yang dekat denganku bisa bertahan lama. Termasuk suamiku..."

"Maksudnya?"

"Langsung saja. Tiga kali aku menikah. Tiga kali pula aku harus kehilangan suamiku."

"Hubungannya denganku?"

"Entahlah. Tapi, menurut ramalan, kutukan itu akan punah setelah pernikahan keempat. Itu sebagai jumlah penggenapan agar aku terlepas selamanya."

"Bukankah bagi kalian angka empat itu melambangkan kesialan?"

"Ya. Bisa jadi sebagai ambiguitas. Sebab, semenjak dulu aku diajarkan, jika terkena bisa ular. Obat paling mujarab adalah gigitan dari hewan yang memiliki kadar bisa lebih keras dibanding ular."

"Racun dilawan dengan racun?"

"Tepatnya begitu," ujar Yang Liu menarik nafas dalam-dalam sambil memainkan rambutnya yang tergelung indah bak Magnolia yang sedang mekar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun