Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Melongok Kehidupan di Pelabuhan Sunda Kelapa

19 Oktober 2011   13:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:45 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_136308" align="aligncenter" width="614" caption="Aktivitas di Pelabuhan Sunda Kelapa"][/caption] Di jalan aspal yang berdebu lagi penuh lobang, terlihat seorang Ibu-ibu sedang menjajakan dagangannya melalui baskom yang terisi penuh. Saat saya melihat sekilas isinya, penuh dengan makanan ringan seperti Peyek, telor asin, lontong, dan juga gorengan. Di atas kepalanya bersanggul tetampa yang juga berisi dengan kacang kulit serta aneka jajanan lainnya. Sementara itu, di pojok dekat sebuah galangan, tampak asyik seorang Bapak tua dengan sepeda onthel melayani pembeli dengan menyeduh kopi yang dijajakan melalui keranjang yang ditaruh dibelakang sepeda. Beberapa sachet kopi dan termos berisi air panas, tersaji dengan pemandangan yang menggiurkan. Anak-anak kecil tertawa riang saat bermain bola di tengah cuaca yang terik. Tidak jauh dari mereka, terlihat kerumunan orang sedang bermain catur. "Woooi, ngapain lo disini. Udah pergi, ganggu aja. Dasar ribet...!" Itulah hardikan yang diterima dari seorang pekerja di kawasan pelabuhan Sunda Kelapa ketika saya dan beberapa kawan menghampiri mereka. Kawan perempuan saya yang ketakutan langsung, melengos dengan gemetar. Dan buru-buru mengajak kami pergi dari tempat itu.

*   *   *

Di depan kapal yang bersandar, kami lalu menyaksikan suasana bongkar muat. Tampak beberapa pemuda sebaya kami dengan badan tegap nan kekar mengangkat dua karung seberat 40 kg diatas punggungnya. Tidak menghiraukan banyaknya orang yang memperhatikan, ia tetap saja bolak-balik menurunkan karung berisi pupuk dari kapal hingga ke gudang yang berjarak sekitar seratus meter.

Lamunan saya terhenti, setelah mendengar suara klakson alat berat yang tepat berada di samping kami. Ternyata kami berdiri di tengah jalan, hingga mengganggu jalannya forklip yang lalu lalang. Untung saja, operator forklip tidak marah, dan hanya tertawa menyaksikan ulah kami yang terkesan norak, yaitu mencari gambar di pelabuhan yang ngebul dan sumpek.

Saat kami berteduh dari teriknya matahari dan membeli minuman di sebuah kios rokok, tampak beberapa orang yang juga sedang duduk dan ngopi memperhatikan kami. Raut wajah mereka rata-rata merasa keheranan, melihat kami berpakaian rapi namun mau-maunya kena kotor dan debu untuk mendatangi kawasan itu.

Sambil meneguk minuman kaleng dingin untuk menghilangkan dahaga, saya dan beberapa kawan mengobrol santai dengan melihat-lihat hasil foto yang kami jepret barusan. Kebetulan siang tadi kami libur kuliah, dan tujuan datang ke kawasan pelabuhan bukan sekedar ingin berekreasi, namun juga untuk mengamati aktivitas langsung di pelabuhan Sunda Kelapa.

Tidak lama berselang, datang operator forklip yang tadi mengklakson kami. Dengan tersenyum ia menghampiri kami, yang juga ikutan senyum sekaligus malu, karena telah menghalangi jalannya tadi. Akhirnya terjadilah percakapan diantara kami. Mulai dari sejarah pelabuhan Sunda Kelapa yang diketahuinya, ataupun tentang orang-orang pekerja yang rata-rata berasal dari pelosok.

Pria yang sudah belasan tahun menggeluti profesi sebagai operator alat berat, dan juga telah malang melintang bekerja di berbagai daerah, baik itu pelabuhan, tambang, hutan maupun pergudangan. Sangat ramah dan juga sopan terhadap kami. Mungkin karena mempunyai anak yang sepantaran dengan kami, atau juga disebabkan memang sifatnya yang ramah supel terhadap siapa saja.

Hingga tidak terasa sudah hampir satu jam kami mengobrol dengannya untuk mengetahui lebih dalam aktivitas di pelabuhan Sunda Kelapa. Berkat penuturannya, kami menjadi lebih mengetahui kehidupan langsung di pelabuhan. Yang ternyata tidak hanya seram dan gelap namun juga banyak sisi humanis lainnya.

"Saya senang kalau ada yang ngajak ngobrol disini, sebab biasanya ga ada yang mau dekat-dekat dengan areal ini. Mereka menganggap dan mencap pekerja di pelabuhan itu menyeramkan dan sangar-sangar. Padahal meskipun kami sangar, tapi kami juga manusia. Dan mempunyai anak dan keluarga di rumah yang selalu menanti saat kami pulang kerja..."

Pungkasnya, seraya mengakhiri perbincangan dengan kami.

*     *     *

[caption id="attachment_135584" align="aligncenter" width="614" caption="Menikmati senja, dengan istirahat setelah seharian bekerja"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_135586" align="aligncenter" width="614" caption="berpeluh keringat bolak-balik mengemudikan alat berat, forklip"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_135588" align="aligncenter" width="614" caption="menurunkan muatan dari kapal ke gudang untuk disalurkan kembali"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_136311" align="aligncenter" width="614" caption="mengais rezeki dari air laut yang banyak sampah"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_136323" align="aligncenter" width="614" caption="hanya dengan uang sebesar tiga puluh ribu, penumpang sudah dapat mengitari kawasan pelabuhan"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_136324" align="aligncenter" width="461" caption="T idak lupa saya berpose ala Captain Jack Sparrow..."][/caption]

*     *     *

Menjelang senja, ketika hendak pulang, seorang tukang perahu menawari kami untuk berkeliling mengitari areal dermaga. Dengan halus, kawan saya yang perempuan menolaknya padahal saya dan kawan pria lainnya sangat ingin menaiki perahu itu. Karena hari telah mendekati malam, dan juga takut terjadi apa-apa. Saat melangkahkan kaki melewati gerbang, tampak beberapa pedagang dan pekerja yang kami temui tadi juga pada hendak pulang kerumah masing-masing.

Dan bersiap esok hari, kembali ke pelabuhan untuk mengais rezeki...

*     *     *

Jakarta, 19 Oktober 2011 (20:02 wib)

- Choirul Huda (CH)

____________________________________________________________________________________ Foto: Dok. Pribadi. Note:Belajar mengamati dan menelaah Sisi lain kawasan Pelabuhan, Ternyata hidup ini tidak hanya hitam atau putih... ____________________________________________________________________________________

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun