Mohon tunggu...
Roby Mohamad
Roby Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya tidur, bermimpi, bangun, melamun, dan satu lagi: jarang mandi! :P

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pos#6: Allah, Alam Semesta, dan Agama

3 Maret 2016   16:33 Diperbarui: 3 Maret 2016   16:54 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena penasaran dengan informasi tersebut, para atheis ini enggan meninggalkan sang imam dan nyaman menyimaknya.

“Mereka sampaikan informasi ini kepadaku,” lanjut Imam Abu Hanifah, “Bahwa di samudera lautan terdapat perahu besar. Di dalamnya, banyak perabotan dan barang-barang dagang. Hebatnya, meski tiada seorang pun yang menahkodai, perahu tersebut bisa berjalan lancar dengan sendirinya. Meski sering diterpa ombak-ombak besar, perahu itu bisa selamat. Perahu ini bisa berjalan kemana saja yang ia mau tanpa dinahkodai satu orang pun.”

Mendengar informasi perahu ajaib dari sang imam, para atheis itu langsung membentak, “Ini informasi yang tak mungkin disampaikan oleh orang waras.”  Tukas mereka terheran-heran, dan tak percaya.

“Celakah kalian, lantas bagaimana dengan seluruh alam semesta yang indah dan teratur ini. Tidakkah semua ini memerlukan Sang Pencipta (yang menahkodainya)?” tandas Sang Imam, membuat para atheis ini tercenung.[4]

Guru Komunis dan Pelajar Sekolah Dasar

Lagi-lagi tidak hanya pada era Nabi Musa dan Imam Abu Hanifah, kisah berikut tak kalah uniknya. Disampaikan oleh tokoh Ikhwanul Muslimin, Said Hawa (1935-1989), kisah ini terjadi pada masa kejayaan negara komunis, Uni Soviet (1922-1991 M). Pada saat itu, panca indera diyakini sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Yang tak bisa dilihat, berarti tak bisa dibenarkan. Doktrin ini disebarkan dengan berbagai pendekatan dan tingkatan, termasuk di tingkat sekolah dasar. Mari kita simak detail kisahnya![5]

Di depan para pelajar sekolah dasar kelas enam, seorang guru bertanya, “Apa kalian melihatku?”

“Iya, tentu!” jawab para murid serentak.

“Berarti, aku ini ada.” Ujar sang guru dengan senyum. “Apa kamu bisa melihat papan tulis ini?” tanyanya lagi.

“Iya, terlihat, Guru!” para murid menjawabnya tegas.

“Artinya, papan tulis itu ada.” Simpul sang guru, lalu melanjutkan pertanyaan berikutnya, “Bagaimana dengan meja ini, bisakah kalian melihatnya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun