Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang membaca dan suka menulis, olahraga favorit adalah Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdialog dengan Allah SWT

13 April 2024   19:41 Diperbarui: 13 April 2024   19:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita hanya pandai berdialog dengan manusia tapi susah berdialog dengan Allah SWT. (dokumen pribadi)

Bagaimanakah perasaan anda ketika tidak mau diajak ngomong/ngobrol sama bapak (orangtua) anda, apakah sakit? Hal apakah yang menyebabkan bapak anda marah sehingga tidak mau mengajak bicara anda? Anda pasti mencari masalahnya kan?

Sekarang mari kita terapkan dalam kehidupan beragama kita. Mengapa Allah tidak mau menyapa kita ? Karena kita tidak pernah menyapanya.

Lantas kapan Allah menyapa kita?

Allah menyapa kita setiap hari dan setiap saat. Pernahkan kita menyadari bahwa Allah menyapa kita lewat ayat-ayat alam semesta (ayat-ayat Kauniyyah) dan ayat-ayat Al-Qur'an (ayat-ayat Qauliyyah) ?

Kita tidak pernah mengerti tanda-tanda kekuasaan Allah di alam, karena juga kita tidak mengerti ketika kita diingatkan dengan kejadian bencana alam. Sehingga kita tidak pernah menyapa (berdialog/muhadatsah) dengan Allah.

Dulu, ketika diberitakan akan terjadi gerhana (matahari atau bulan) orang berduyun-duyun pergi ke mesjid mengikuti himbauan ulama untuk melaksanakan shalat gerhana (matahari atau bulan). Sekarang orang cuek bebek ketika membaca berita dan diajak untuk melaksanakan shalat gerhana (matahari atau bulan) seolah itu adalah suatu hal yang biasa.

Saya ingat tahun tahun 1982 ketika gunung Galunggung di Tasikmalaya erupsi. Daerah tempat tinggal saya penuh dengan debu, di jalan poros debu sekitar 20 cm. Pada suatu hari Jum'at saat itu, matahari tidak menampakkan diri sejak jam 7 pagi, kami yang sedang sekolah dipulangkan cepat, dan sesampainya di rumah saya langsung berangkat ke Mesjid walaupun waktu  Jum'atan masih lama.

Di dalam masjid orang khusu' berdzikir (mungkin takut kiamat terjadi), bahkan yang bikin geli di hati adalah ada seorang 'jeger' (sebutan untuk preman di Bandung pada saat itu) ikut ke masjid dan ikut dzikir juga (rupanya Jeger pun takut mati, hehehe).

Jadi kalau Allah sudah menyapa dengan keras (bencana alam) manusia baru sadar akan ke-Mahakuasaan Allah dan baru mau menyapa Allah (dengan berdzikir).

Selanjutnya, seberapa sering kita berdialog (muhadatsah) dengan Allah lewat ayat qauliyyah (Al-Qur'an) ? Allah sering menyapa kita dengan kalimat "yaa ayyuhalladziina aamanuu",  "yaa ayyuhal muzammil" atau secara umum  "yaa ayyuhannaas",  dan kalimat sapaan yang lain. Kita jarang menjawab sapaan itu (dengan membaca Al-Quran) walau hanya sebentar atau satu lembar sekalipun. Kita baru sadar ketika kita menjelang maut (sakit), memohon kepada anaknya agar dibacakan Al-Qur'an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun