Mohon tunggu...
Robertus Widiatmoko
Robertus Widiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Menerima, menikmati, mensyukuri, dan merayakan anugerah terindah yang Kauberikan.

Indahnya Persahabatan dalam Kebersahajaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Irma Buat Bunda

3 Februari 2019   11:30 Diperbarui: 3 Februari 2019   12:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Irma duduk-duduk nyante di depan komputer. Sembari nyelesain tugas kuliah ia ingin sempatkan waktu sejenak menulis surat buat ibundanya. Sebelum memulai ia menyeduh secangkir kopi hangat dan menyiapkan beberapa potong kue brownies. Ac kamar dinyalakannya. Hawa dingin memenuhi ruangan itu. Irma ingin memberitahukan apa yang selama ini terpendam dalam hatinya. 

Ia berharap suratnya dapat membantu mengatasi kekhawatiran orang tuanya. Ia jadi inget, selama ini ia jarang ngobrol dengan bundanya. Yang paling parah suka ngebohongin sama ayahnya. Itu juga karena ia  sudah merasa dewasa. "Bingung ni, mau nulis apaan ya? Susah juga jadi anak zaman now biasa pake WA  mikirin buat surat.

Aduh ...aduh Bunda, Bunda. Aku jadi merasa berdosa ni Bunda" celotehnya. Lalu ia mengambil secarik kertas dan mulai memikirkan sesuatu. Corat-coret menuliskan kata demi kata. Sejenak kemudian pikirannya menerawang. Ia teringat keluarganya. Ia bersyukur masih memiliki orang tua yang memerhatikan pendidikannya. Bahkan bisa mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi. 

Ayah dan bunda adalah seorang pekerja keras . Mereka menjadi petani yang betul-betul tekun dan tangguh. Tiba-tiba ia seperti mendengarkan suara bundanya. 

"Halo, apa kabar sayang? Bagaimana keadaanmu Nak di sana?" kata bundanya. Yah sepertinya ia mendengarkan suara hatinya. "I'm always ready to learn something, but I'm not always ready to be taught." Gumamnya. Ia pun segera menuliskan suratnya. Begini bunyi surat itu ;

Ytc Ibunda

Hallo Bun, apa kabar? Rasanya Irma kuanget banget sama Bunda. Bunda kangen sama Irma nggak? Maafin Bun, kalau Irma jarang kirim surat ke Bunda. Soalnya, Irma di sini super sibuk dan juga nggak tahu harus kirim surat ini ke mana. Makhlumlah Bun, Irma belum tahu betul jalan-jalan di sini. Ntar juga tahu sendiri. Kalau udah gitu jadi lupa dech Bun. Pinginnya hangout aza terus hahaha ...Masih ingat kan Bun, Irma adalah anak kesayangan Bunda. 

Orang cuma Irma sendiri anak Bunda hahaha ... anak paling cuantik, ceria, lincah, dan paling Bunda sayang. Padahal, dulu itu Irma dikenal anak pendiam, suka ngambegan, dan bandelnya minta ampun. Sampai akhirnya bisa sekolah ngerti baca, tulis, dan hitung. Kalau bukan Bunda yang temenin dan ajarin siapa lagi? 

Bun, sekarang Irma sudah dewasa, sudah bukan anak kecil lagi. Rasanya lucu dech Bun. Ingat saat kita bermain-main ayunan bersama, berganti-gantian. Bunda dan Irma mendorong Ayah, terus gantian Ayah yang mendorong kita. Saat Bunda memandikan Irma, merawat, dan mengganti popok serta mengobati Irma ketika sakit. Begitu pula waktu mau tidur setiap malam Bunda selalu mengecup pipiku. Banyak kenangan indah dan memesona tak dapat aku sebutkan satu per satu. 

Oya, kabar Ayah gimana Bun? Semoga tetap sehat dan masih kuat mencangkul. Bunda, doakan Irma supaya bisa mengerjakan apapun yang perlu dikerjakan. Irma yakin dan percaya doa Bunda akan melancarkan seluruh perjuangan Irma. Doa ibu sepanjang jalan .... kan Bunda. Jadi ingat peribahasa Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.  Sampai sejauh ini Irma pun berpikiran sama.

Bunda, sampai di sini dulu ya surat Irma buat Bunda. Jika ada kesempatan baik lagi Irma akan menuliskan surat lagi untuk Bunda. Sekarang Irma mau istirahat dulu. Irma sudah mulai lelah. Sampai bertemu lagi, Bunda. Teriring salam dan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun